Kamis, 07 Juni 2012

Biosekuritas Pada Peternakan Broiler

BIOSEKURITAS PADA PETERNAKAN BROILER

 Pencegahan penyakit pada ayam sangatlah tergantung kepada program  manajemen  yang komprehensif meliputi dan merangkai seluruh kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan secara berurutan serta terus menerus.
Strategi pencegahan infeksi berbasis kepada pengadaan bibit ayam yang bebas dari penyakit  dan vaksinasi pada galur induk dan turunannya serta tingkat biosekuritas yanga tepat , merupakan bagian dari pencegahan penyakit yang sangat penting pada suatu peternakan yang menginginkan tidak hanya peningkatan produktifitas peternakan tersebut, tetapi juga peningkatan kwalitas produk yang dihasilkan dan menjamin keamanan sumber hayati bagi konsumennya.
Tulisan ini mencoba mengulas sedikit tentang biosekuritas pada peternakan broiler, barangkali diuraikan dari sisi pandang yang ideal namun keterbatasan keterbatasan dalam implementasinya diserahkan sepenuhnya kepada peternak untuk disikapi secara arif dan bijaksana.

PENGERTIAN BIOSEKURITAS :
Biosekuritas merupakan konsep sebagai bagian integral dari suksesnya sistim produksi suatu farm unggas, dalam mengurangi resiko dan konsekwensi dari masuknya penyakit baik infeksious maupun non infeksious (Sudarisman, 2000)

Menurut Phil te Winkel (1997), Biosekuritas berarti suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis maupun sub-klinis sebagaimana penyakit-penyakit zoonosis yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara keseluruhan dan bagian dari kesejahteraan hewan (animal welfare).
Secara praktek di lapangan (Operasional), maka biosesekuritas  adalah semua praktek-praktek manajemen  yang diberlakukan untuk mencegah penyakit dan organisme penyebab penyakit pada ayam  yang akan masuk ke kelompok ayam di peternakan. Jadi pengertian ini lebih kepada sistem pencegahan masalah daripada pemecahan masalah.
Komponen biosekuritas termasuk didalamnya adalah manajemen dan program penentuan tata letak suatu farm, dekontaminasi, kontrol hewan liar serta vaksinasi. Secara keseluruhannya akan berdampak pada tingkat produksi dan kwalitas serta keuntungan finansial suatu usaha farming unggas.
Secara hierarkis, biosekuritas dapat dibagi kedalam tiga tingkatan yang masing- masing berpengaruh  terhadap biaya dan keefektifan seluruh program yaitu :
  1. Biosekuritas Konseptual : Tingkat pertama merupakan basis dari seluruh program pencegahan penyakit. Hal ini meliputi pemilihan lokasi, pemisahan jenis dan umur unggas, mengurangi tingkat kepadatan ternak dan pengurangan kontak dengan unggas/ binatang liar lainnya. Menghindari Lokasi yang dekat dengan jalan umum maupun fasilitas yang berkaitan dengan farm ( pergudangan, kantor dan lain lain) serta fasilitas prosesing serta kegiatan ekonomis seperti rumah potong ayam dan pasar. Ketentuan ini berhubungan dengan upaya pengendalian dan akan mempengaruhi aktifitas aktifitas lainnya yang berkaitan dengan pencegahan penyakit. Kegagalan pada tingkat ini tidak dapat segera diubah dalam menghadapi munculnya penyakit baru dan berdampak pada kerugian yang besar bahkan kegagalan usaha.
  2. Biosekuritas Struktural  :Tingkat kedua yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan tata letak peternakan, pemisahan secara jelas batas-batas sanitasi farm/pagar, saluran pembuangan limbah, jalan alternatif, perangkat dekontaminasi/ sanitasi ,instalasi penyimpanan pakan/gudang. Ruang penimpanan peralatan dalam kandang . Biosekurutas pada tingkat ini dapat diperbaiki atau ditingkatkan sesuai dengan nilai investasinya dan objectivitas farm.
  3. Biosekuritas Operasional : Tingkat ketiga yang merupakan implementasi prosedur-prosedur manajemen untuk pencegahan kejadian dan penyabaran infeksi di dalam peternakan. Kegiatan ini dapat disesuaikan dengan timbulnya penyakit mendadak. Peninjauan ulang prosedurnya sesuai kaidah dalam total quality management serta partisipasi lapisan manajemen serta pemantauan status kekebalan ternak terhadap suatu penyakit akan sangat menunjang biosekuritas tingkat ketiga ini.


FAKTOR PENUNJANG  KEBERHASILAN BIOSEKURITAS
Kesuksesan sistim biosekuritas dipengaruhi oleh adanya:
  1. Ketiadaan penyakit tertentu di dalam Farm
  2. Jaminan akan tiadanya resiko bagi konsumen melalui persyaratan produk yang dihasilkan
  3. Tiadanya resiko bagi pelaku bisnis melalui persyaratan lingkungan hidup yang nyaman dan sehat bagi ternaknya.
  4. Persyaratan bagi lingkungan Farm dan masyarakat.
  5. Jaminan bagi tiadanya resiko bagi operator/ karyawan ( Penyakit-penyakit zoonosis).

APA SAJA YANG PERLU DIJABARKAN  MENGENAI BIOSEKURITAS FISIK PETERNAKAN AYAM :
  • Suatu peternakan ayam, harus memenuhi kriteria lokasi farm yang ideal untuk menghindari penyebaran penyakit baik melalui udara, kontak lalu lintas (jarak antar farm, jalan dan lain-lain)
  • Rancang bangun kandang dan bangunan lain, memungkinkan kandang tidak mudah disusupi binatang liar serta mudah dicuci dan didesinfeksi.
  • Kebijakan manajemen akan Satu Unit- Satu Farm atau sistim all in-all out.
  • Adanya pemisahan dan batas yang jelas mengenai daerah sanitasi kotor dengan atau daerah sanitasi semi bersih atau bersih.Dengan demikian akan selalu ada kontrol lalu lintas baik barang, bahan maupun manusia.
  • Fam  didisain juga mengenai dekontaminasi  baik ruang sanitasi manusia dan barang, sistim pembuangan limbah baik padatan berupa ayam mati, bekas litter maupun cairan berupa bekas netralisasi desinfektan dan lain-lain.


REKOMENDASI SPESIFIK MENGENAI BIOSEKURITAS (OPERASIONAL)

BIOSEKURITAS LALU-LINTAS TERHADAP ORANG DAN BARANG :
  • Karyawan atau orang yang terlibat di bisnis ayam tidak diperbolehkan memelihara burung atau ayam di rumahnya.Masalah ini sering diabaikan dipeternakan kita.
  • Orang yang akan masuk kedalam peternakan, sebelumnya tidak mengunjungi peternakan lain seperti peternakan layer komersial atau prosesing /rumah potong unggas. Sangat mudah dipahami hal ini karena bahaya kontaminasi fisik dari orang atau peralatan yang dibawanya tersebut.
  • Orang yang memasuki lokasi peternakan  diharuskan mengikuti persyaratan sanitasi peternakan yaitu : desinfeksi spray, mandi (jika disediakan fasilitasnya), mengganti baju dan alas kaki khusus. Hal ini berlaku juga untuk sanitasi bagi barang (desinfeksi atau desinfeksi dengan ultra violet).
  • Jika memungkinkan peralatan yang tidak berkaitan kerja di peternakan, sebaiknya tidak dibawa, seperti telepon genggam , tas dan lain-lain.


BIOSEKURITAS TERHADAP PAKAN  :
Walaupun Pada peternakan broiler, ketersediaan pakan lebih banyak bergantung kepada pabrikan, Sehingga jika terjadi kesalahan nutrisi,kwalitas, maupun cemarannya peternak berada pada sisi yang lebih lemah, namun pabrik pakan harus mempunyai tanggungjawab moral dalam mengikuti Program yang ketat mengenai pencegahan penyakit selama proses produksi dan transportasinya. Karena pakan merupakan bahan yang memungkinkan masuknya agen patogen serta toxin (Salmonellosis, EDS, Dioxin, Aflatoksin dan lain-lain).

Untuk itu pabrik diharuskan mengikuti prosedur sebagai berikut :
  1. Menghilangkan atau mengurangi dampak dari resiko terjadinya kesalahan formulasi pakan (seperti misalnya kelebihan garam dan lain-lain).
  2. Melakukan pengawasan atas kwalitas bahan baku secara teratur, seperti kadar air, kadar aflatoksin, uji ketengikan, sampling terhadap kandungan mikrobiologi.
  3. Sesuai dengan permintaan konsumen untuk diberikan imbuhan tertentu sebagai pencegahan salmonellosis  serta perlakuan tertentu seperti :
  • Perlakuan pemanasan (Heat treatment (65-90 oC).
  • Crumbelling/pelleting.
  • Pemakaian Organic Acid (As.Propionat,as.format,dan lain-lain).
  1. Untuk pencegahan Jamur atau toxin disarankan pemberian Toxin binder
  2. Sanitasi Truk pengangkut pakan, baik sebelum berangkat, maupun setibanya di peternakan konsumen.


BIOSEKURITAS TERHADAP AIR MINUM

Air merupakan sumber penularan penyakit yang utama selain penularan melalui pakan dan udara. Sebagai sumber penular penyakit, maka air potensi dalam:
 Penularan penyakit bakterial seperti Salmonellosis, kolibasillosis dll,  Sebagai sumber penularan penyakit Jamur seperti Aspergillosis. Sebagai sumber penularan penyakit viral seperti Egg Drop Syndrome (EDS). Oleh karena itu perlu monitoring untuk program biosekuritas air yaitu :
  • Perlu pemeriksaan kwalitas air minimal sekali dalam setahun (meliputi pemeriksaan kimiawi dan bakteriologis).
  • Pemeriksaan secara kultur paling tidak sebulan sekali untuk menguji tingkat higienitas air minum ayam  (kwalitatif dan kwantitatif ). Pengujian yang berurut dari hulu sampai hilir diperlukan untuk mengetahui tingkat sanitasinya.
  • Sanitasi air minum ayam diperlukan tergantung dari tingkat pencemarannya. Pada umumnya orang memakai program klorinasi untuk maksud tersebut, tetapi sekarang banyak terdapat produk komersial lain seperti pemberian asam organik .Agar memperoleh manfaat dan pengawasan yang lebih baik disarankan memonitor ukuran pemberian bahan tersebut dengan peralatan yang memadai agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti resistensi kuman.

BIOSEKURITAS BINATANG LIAR/ PENGGANGGU :
Adanya binatang liar dan serangga merupakan agen penular penyakit baik secara horizontal maupun vertikal. Binatang-binatang itu menjadi induk semang bagi banyak penyakit (Fungsi reservoir), baik sebagai induk semang antara maupun definitif. Tikus dan kumbang diketahui merupakan reservoir dan faktor resiko terhadap kontrol salmonellosis. Sedang serangga diketahui menjadi transmiter terhadap penyakit-penyakit seperti : Fowl Pox, Marek’s, Cacing gelang dan pita, dan lain-lain. Burung sering menjadi biang keladi bagi penyebaran penyakit seperti ND, IB, Psitakosis, dan lain-lain.



Oleh karena itu biosekuritas terhadap binatang tersebut meliputi :
  •  Kebersihan halaman dan teras kandang serta  pemotongan rumput yang teratur. Jika diperlukan pinggir kandang selebar 2 m dibeton untuk lebih memudahkan dalam memonitor binatang tersebut.
  •  Konstruksi kandang dan ruang penyimpan pakan  tidak memungkinkan binatang-binatang secara leluasa dapat memasuki kandangatau ruangan  tersebut seperti, tikus, burung, kumbang dan lain-lain.
  •  Adanya program kontrol bagi  binatang pengerat secara berkesinambungan. Misalnya terdapatnya kotak pengumpan (Baiting Box) dipinggir kandang dengan selang 15 -20 m. Umpan tikus perlu dimonitor setiap 5 hari sekali dengan jenis umpan yang paling disukai oleh tikus.
  • Kebersihan penyimpanan pakan/gudang sehingga tidak mengundang binatang dan burung serta lalat .
  • Penyingkiran limbah kotoran ayam, sekam basah sesegera mungkin dari dalam atau pinggir kandang agar tidak menjadi tempat berbiak bagi telur lalat (Breeding place) atau sumber infeksi penyakit lain.
  •  Pemberian obat insektisida  anti lalat dan larva maupun pupa pada musim lalat (musim buah dan lain-lain).
  • Pengendalian dan pemberantasan nyamuk dan mrutu di sekitar areal perkandangan sebagai bagian dari Program pengendalian dan pemberantasan vektor penyakit seperti Leucositozoonosis, Cacar Ayam dan sebagainya.
  •  Pengendalian Ektoparasit pada ayam dengan obat-insektisida yang tidak berbahaya bagi ayam.


PROGRAM PENCUCIAN DAN DESINFEKSI KANDANG

TUJUAN :
  1.  Menghilangkan produk-produk residu dari flock sebelumnya.
  2. Menghilangkan dan mengusir binatang atau serangga dan kutu pengganggu seperti tikus, kumbang sekam (Franky), tungau dan lain-lain.
  3. Untuk menjamin kandang agar tidak mengandung agen patogen yang dapat mempengaruhi status kesehatan dan penampilan anak ayam selanjutnya.

TAHAP – TAHAP PEKERJAAN PENCUCIAN DAN DESINFEKSI  KANDANG :

  1. Segera setelah ayam diafkir, semprot semua permukaan kandang dengan insektisida yang efektif terhadap serangga sebelum serangga/ kutu, kumbang sekam (Alphatobius spp) bermigrasi ke kayu –kayu atau bahan –bahan yang memungkinkan mereka bersembunyi.
  2. Mengangkat litter / kotoran ayam keluar kandang.
  3. Kontrol binatang pengerat dengan bahan yang dianjurkan. Ketiadaan pakan ayam setelah ayam diafkir memberikan dampak kontrol dengan rodentisida makin efektif.
  4. Semua peralatan elektronik di dalam kandang dilepaskan dan disimpan.
  5. Pindahkan peralatan- peralatan kandang seperti  tempat minum, tempat pakan, sarang bertelur dan dicuci diluar.
  6. Seluruh permukaan kandang direndam/ dibasahi dengan air yang dicampuri detergen dan dibiarkan selama beberapa jam untuk kemudian dibilas dengan air biasa. Pencucian kandang dengan air biasa mulai dari atap kandang kemudian berangsur ke dinding, kayu-kayu dan kemudian paling akhir adalah lantai.
  7. Tangki air dan saluran pipa air minum juga direndam dengan bahan-bahan asam organik atau desinfektan khusus untuk air selama beberapa hari agar residu yang ada di saluran air tersebut dapat diluruhkan.
  8. Bagian luar kandang seperti teras , saluran air, kawat, atap dan halaman juga mengalami perlakuan yang sama.
  9. Jika pencucian ini telah selesai, perbaikan kandang pada bagian-bagian yang rusak dapat dilakukan.
  10. Desinfeksi Pertama dapat dilakukan terutama dengan menggunakan desinfektan yang kuat dan dapat terlarut air seperti contohnya senyawa phenol.
  11. Monitoring higienis berdasarkan total bacterial count dapat dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pencucian dan desinfeksi sebelumnya (Jika peternakan terhubung dengan Lab Diagnostik untuk Unggas).
  12. Litter baru (Biasanya sekam) dan peralatan kandang untuk penerimaan DOC dapat dipasang dan ditebar di dalam kandang.

  1. Desinfeksi kedua dapat dilakukan setelah tahap pekerjaan diatas selesai.
  • Jika fumigasi dengan gas campuran formalin dan PK dipakai maka ukuran triple dosis yaitu per m3 ruangan adalah sebagai berikut :
a)   KmnO4 (Kalium Permanganat  = 20 gram
b)   Formalin 38 %                       = 40 ml.

  • Jika formalin dipakai sebagai desinfektan cair perlu dibuat larutan 5 -10 % untuk dapat disemprotkan ke seluruh permukaan (dan sekam). Operator harus memakai masker gas untuk keselamatan bekerja.
  • Dapat dicampurkan pemberian insektisida untuk tungau dan kutu.
  1.  Terkadang butir 12 dapat diaplikasi setelah perlakuan butir 14. Bila monitoring menunjukkan hasil tidak memuaskan, maka desinfeksi ketiga dapat dilakukan (Biasanya bahan desinfektan adalah berbahan: BHC atau Amonium Kwartener ) .
  2. Jarak perlakuan desinfeksi terakhir sebaiknya adalah 1 minggu sebelum anak ayam tiba di kandang.
  3. Pemakaian desinfektan,insektisida,detergen atau asam organik harus mematuhi aturan dari pabrik pembuatnya.


KETERBATASAN IMPLEMENTASI BIOSEKURITAS :

  1. Keterbatasan Teknis :
  • v  Kurangnya pengetahuan dan teknologi pelaku lapangan.
  • v  Kurangnya disiplin dalam penegakan biosekuritas farm.
  • v  Kurangnya kontrol  baik kontrol dan supervisi bagi operator karyawan di lapangan maupun kontrol terhadap masalah eksternal seperti pengawasan dan pengendalian konflik dengan masyarakat sekitar. Perlu dipahami bahwa aturan biosekuritas, utamanya terhadap lalu-lintas manusia haruslah tidak pandang bulu. Aturan sanitasi yang dijalankan untuk karyawan, haruslah sama dengan aturan yang dijalani oleh manajemen puncak atau owner sekalipun.
  •  
  • Dua hal  pertama diatas sesungguhnya terkait dengan faktor manusiawi, oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan dan atau pelatihan baik ex-situ maupun in-situ sangat mendukung dalam mengurangi tingkat keterbatasan ini serta adanya pendidikan yang baik akan melahirkan pemahaman dan penghayatan terhadap arti biosekuritas. Sedangkan penegakan disiplin pada tingkat tertentu dapat memberikan dan mendorong sikap mental dan moralitas yang lebih baik.
  • Keterbatasan Finansial.
Dalam manajemen bisnis, faktor finansial sering menjadi kendala bagi pengadaan suatu fasilitas. Oleh karena itu perhitungan akutansi yang cermat mengenai dampak ekonomis dari penyelenggaraan sistim biosekuritas di farm dapat dipresentasikan apakah implementasinya sebagian atau secara lengkap dapat diterapkan untuk farm tersebut.
  
Demikian tulisan ini, mudah-mudahan ada manfaatnya.

Sukabumi 8 Mei-2012

Ismuji K. Hadi


DAFTAR PUSTAKA :

  1. Hofstad, M.S. et all. 1978. Diseases Of Poultry. 7 th edition.
  2. Shane, M. Simon, Dr. 1993. Prevention And Control Of Infectious Bursal Disease In Asian Countries. Technical Bulletin ASA. Vol. PO 9.1993.
  3. Sudarisman Dr. 2000, Biosekuritas  Dan Program Vaksinasi. Dalam : Kumpulan Makalah Poultry Refresher Course .Tanpa penerbit.
  4. Tahseen, Abdul-Aziz, A. 1998. Field investigation of poultry diseases step by step. World Poultry – Elsevier. Vol.14. No. 7 ’98
  5. USDA, Animal and Plant Health Inspection Service. 2000. National Poultry Improvement Plan and Auxiliary Provisions. Tanpa Penerbit.
  6. Winkel, Phil te,1997.Biosecurity In Poultry Production;Where Are We And Where Do We Go?Dalam: 11th International Congress of the World Veterinary Poultry Association Abstracts. Tanpa Penerbit.

1 komentar:

  1. bandar sabung ayam terpercaya indonesia
    Sabung Ayam Online Siaran Langsung Live Streaming
    Raih Jutaan Rupiah Bersama Kami...
    Langsung Saja Kunjungi Kami bolavita1.com
    Untuk Info, Bisa Hubungi :
    Telegram : +62812-2222-995 / https://t.me/bolavita
    Wechat : Bolavita
    WA : +62812-2222-995
    Line : cs_bolavita

    BalasHapus