Selasa, 04 September 2012

STANDAR PAKAN AYAM  KAMPUNG SUPER
     Mungkin bagi orang yang baru dengar namanya apa ayam kampung super?dan apa keunggulannya?
kita coba perjelas ayam kampung super atau orang banyak menyebutnya JOPER,atau jowo super,adalah hasil persilangan ayam kampung dengan berbagai macam ras ayam lain sehingga menghasilkan bibit unggulan yang pertumbuhannnya lebih cepat dibanding ayam kampung.kalau ayam kampung untuk mencapai bobot 1kg/ekor bisa makan waktu 4 bulan lebih sedangkan ayam kampung super pertumbuhannya lebih cepat.se-
hingga untuk mencapai bobot 1 kg/ekor hanya butuh waktu 50 hari.nah makanya ayam ini disebut ayam-
kampung super.jadi dari segi keekonomisan,terutama waktu pemeliharaan ayam kampung super lebih cepat.
dan tanpa mengurangi rasa yang khas ayam kampung.
dibawah ini kami jelaskan cara atau berapa banyak pakan yang harus/atau berapa kebutuhan pakan standar
agar tidak over /berlebihan pakan.
MINGGU KE                JUMLAH PAKAN           TARGET BOBOT
0    -       1                          10 gr /ekor                       30 gr -   60 gr
1    -       2                          15 gr / ekor                      60 gr -  100gr
2    -       3                          20 gr / ekor                    100 gr -  150 gr
3    -       4                          30 gr / ekor                    150 gr -  250 gr
4    -       5                          40 gr / ekor                    250 gr -  400 gr
5    -       6                          50 gr / ekor                    400 gr -  550 gr
6    -       7                          60 gr / ekor                    550 gr -  800 gr
7    -       8                          75 gr / ekor                    800 gr - 1100 gr
 jadi selama 8 minggu joper/ayam kampung super menghabiskan pakan 300 gr x  7 hari = 2100 gr atau 2,1 kg,dengan asumsi harga pakan Rp 5000 dan harga DOC Rp 4500 ditambah operasional Rp 1500.dengan harga ayam kampung per kg Rp 22,000
perhitungan:
pakan Rp 5000      x   2,1 kg             =     Rp 10.500
DOC  Rp 4500      x    1 ekor           =     Rp    4.500
Operasional                                       =    Rp     1.500
jumlah                                               =    Rp   16.500
harga jual ayam /kg                           =     Rp   22.000  
 bila ayam yng kita panen berat rata-rata  900 gr maka. kita akan mendapat keuntungan  900 x 22 = 19.800 jadi kita dapat 19.800  -  16.500 =  Rp 3.300 / ekor. agar kita dapat keuntungan lebih banyak.disamping populasi ayam diperbanyak.juga kita harus membuat pakan sendiri tapi tidak mengurangi nutrisi pakan.
   demikianlah sekedar ulasan yang saya buat mudah2an ada guna dan manfaatnya.terutama bagi pemula yg mau terjun di perunggasan khusuhnya ayam kampung super.

Jumat, 20 Juli 2012

Prosedur Penetasan Telur

candling

Semua Incubator yang digunakan harus diletakkan dalam satu ruang khusus yang terlindungi dari perubahan suhu dan kelembaban udara secara drastis, ruangan juga harus dilengkapi dengan ventilasi udara yang cukup. Hal tersebut dimaksudkan untuk pengontrolan yang lebih baik terhadap suhu dan kelembaban udara di dalam ruang mesin tetas. Kebersihan di dalam ruangan, mesin incubator baik luar dan dalamnya termasuk sanitasinya harus diperhatikan dengan seksama. Mesin incubator harus dicoba dahulu setidaknya 1 – 2 jam dan di kontrol suhu dan kelembabannya sebelum digunakan. Hal ini untuk melihat apakan semua system telah berjalan

Temperatur

Standart untuk suhu dalam incubator “penetasan” tipe forced air adalah untuk jenis forced-air incubators dan untuk type still-air incubators. Suhu pada incubator penetas (hatching) di set lebih rendah dibandingkan dengan incubator “pengeram” selama 3 hari sebelum penetasan.
________________________________________
Keterangan Ayam
Periode Incubator (Hari) 21
Temperatur 100
Humidity 65-70
Tidak ada pemutaran telur Hari ke 18th
Buka Vents tambah ¼ hari ke 10th
Buka Vents (jika diperlukan) hari ke 18th
________________________________________

Sedangkan untuk tipe still air, posisi termometer adalah sejajar atau rata dengan tinggi bagian atas telur atau sekitar 5 cm dari dasar telur. Termometer haruslah tidak diletakkan diatas telur atau diluar bidang penetasan tetapi bersebelahan dengannya. Selain itu, mesin incubator juga harus tertutup rapat untuk menghindari hilang panas atau kelembaban udaranya.

Fluktuasi temperatur sebanyak 1 derajat atau kurang tidak menjadi masalah tetapi pengontrolan Temperature secara berkala amat diperlukan untuk menjaga agar suhu tidak ketinggian atau kerendahan dari standart tersebut. Sebagai catatan : suhu sekitar . untuk 30 menit dapat mematikan embrio didalam telur sedangkan suhu penetasan pada untuk 3 sampai 4 jam akan memperlambat perkembangan embrio didalam telur.

Kelembaban Udara (Humidity)

Pengontrolan kelembaban udara harus dilakukan dengan teliti. Hal ini diperlukan untuk menjaga hilangnya air dari dalam telur secara berlebihan. Pengukuran dapat dilakukan dengan hygrometer atau psychrometer. Psychrometer atau termometer bola basah (wet bulb) menunjukkan derajat kelembaban udara dan dapat dibaca berdasarkan tabel dibawah ini:
___________________________________________________________________
Pembacaan temperatur system bola basah (wet Bulb ) untuk incubator
Temperatur,

Rel. Humidity 99 100 101 102
45% 80.5 81.3 82.2 83.0
50% 82.5 83.3 84.2 85.0
55% 84.5 85.3 86.2 87.0
60% 86.5 87.3 88.2 89.0
65% 88.0 89.0 90.0 91.0
70% 89.7 90.7 91.7 92.7
___________________________________________________________________

Kelembaban relatif (relatif humidity) untuk mesin incubator “penetas” atau periode 18 hari pertama harus dijaga pada 50 – 55 % atau dengan wet bulb. Dan 3 hari setelahnya (21 hari dikurangi 3 hari) atau pada hari ke 19 – 21 sebelum penetasan, kelembaban udara harus dinaikkan menjadi - atau - .

Pada saat 3 hari menjelang penetasan dapat dikatakan kita harus lepas tangan “hand-off” karena pada saat ini tidak diperlukan campur tangan manusia sama sekali selain menunggu proses penetasan berjalan sampai selesai dengan sendirinya. Incubator tidak boleh dibuka karena dapat menyebabkan kehilangan kelembaban udara yang amat diperlukan dalam penetasan. Kehilangan kelembaban dapat mencegah keringnya membran pada kulit telur pada saat penetasan (hatching).

Kelembaban yang rendah menyebabkan anak ayam sulit memecah kulit telur karena lapisannya menjadi keras dan berakibat anak ayam melekat / lengket di selaput bagian dalam telur dan mati. Akan tetapi kelembaban yang terlalu tinggi dapat menyebabkan anak ayam didalam telur juga sulit untuk memecah kulit telur atau kalaupun kulit telur dapat dipecahkan maka anak ayam tetap berada didalam telur dan dapat mati tenggelam dalam cairan dalam telur itu sendiri.

Pada incubator penetas “hatching”, kelembaban udara bisa diatur dengan memberikan nampan berisi air dan bila perlu ditambahkan busa / sponse untuk meningkatkan kelembaban udara. Sedangkan pada tipe still-air maka menaikkan kelembaban dengan cara menambah nampan air dibawah tempat penetasan atau pada prinsipnya, menaikkan kelembaban dapat dicapai dengan menambah penampang permukaan airnya.

Adapun cara yang sempurna untuk menentukan kelembaban udara adalah dengan memperhatikan ukuran kantong udara didalam telur bagian atas atau bagian tumpulnya seperti gambar dibawah ini dengan menggunakan teropong telur. Kelembaban dapat diatur setelah peneropongan telur pada hari ke 7, 14, dan 18 pada masa penetasan.

kantong udara pada telur pict


Ventilasi

Ventilasi yang cukup adalah penting untuk diperhatikan mengingat didalam telur ada embrio yang juga bernafas dalam perkembangannya dan memerlukan O2 dan membuang CO2. Dalam operasi mesin penetas, lebar lubang bukaan ventilasi harus diatur agar cukup ada sirkulasi udara dan dengan memperhatikan penurunan tingkat kelembaban udaranya.

Pada incubator tipe still-air, buatan Cemani maka bukaan ventilasi ada di bagian atasnya yang dapat diatur untuk mengeluarkan udara bersamaan degan pergerakan udara panas yang ada didalamnya sedangkan sirkulasi udara masuk sudah cukup dari lubang lubang yang ada dibagian bawah dan samping incubator tersebut.

Pada incubator jenis forced-air incubator, jika terjadi lampu mati atau PLN off maka ventilasi harus dibuka lebih lebar dan bila perlu sesekali di buka pintunya agar terjadi pertukaran udara segar dan tetap diusahakan suhu ruangan berada pada kisaran 75oF atau lebih. Sedangkan pada incubator tipe still-air ventilasi dibiarkan terbuka ¼ atau ½ (tidak berubah atau lebih ditutup) agar panas dan kelembaban tidak terlalu terpengaruh.

Pemutaran Telur

Pada incubator tipe forced-air seperti kami miliki, telur telur diletakkan pada tray tray pada tempatnya dengan unjung tajam telur menghadap kebawah. Pemutaran dilakukan secara manual dengan menarik dan menekan tuas untuk memindahkan posisi tray didalam mesin incubator agar terjadi sudut 30 – 45 derajat untuk tiap tiap waktu yang ditetapkan secara berkesinambungan dan bergantian sudutnya.

Pemutaran telur sedikitnya adalah 3 kali sehari atau 5 kali sudah lebih dari baik untuk mencegahembrio telur melekat pada selaput membran bagian dalam telur. Oleh sebab itu jangan pernah membiarkan telur tetas tidak dibalik atau diputar posisinya dalam 1 hari pada masa penetasan telur. Pemutaran telur tersebut dilakukan dalam 18 hari pertama penetasan. Tetapi JANGAN membalik telur sama sekali pada 3 hari terakhir menjelang telur menetas. Pada saat itu telur tidak boleh diusik karena embrio dalam telur atau anak ayam yang akan menetas tersebut sedang bergerak pada posisi penetasannya.

Pada incubator tipe still-air, pemutaran dilakukan secara manual dengan ketentuan seperti diatas. Biasanya untuk mempermudah dalam mengetahui posisi terakhir telur pada saat di putar maka telur tetas diberi tanda “O” pada satu sisis dan “X”. pada sisi lainnya,. Selanjutnya putar telur menurut waktu dan tanda secara bergantian dan secara berhati hati terutama 1 minggu pertama dalam incubator.

Ada baiknya juga menuliskan tanggal pada telur menggunakan pinsil untuk menandai beberapa hal seperti: dari kandang mana, jenis ayam, kapan bertelur, kapan dimasukkan incubator. Hal ini untuk mengetahui kapan telur nantinya akan menetas dan menentukan waktu peneropongan untuk penentuan fertilitas, kantong udara dan penentuan pemindahan telur sebelum menetas (- 3 hari).

Biasanya anak ayam (DOC) akan mulai menetas pada usia penetasan ke 20 dan 21 hari pada keadaan mesin penetasan yang bekerja normal dan sesuai prosedur. Anak ayam yang menetas setelah waktu itu atau setelah hari ke 22 biasanya tidak sehat atau lemah.

Setelah menetas, anak ayam dibiarkan beberapa jam didalam mesin incubator sampai kering sempurna. Hal ini dapat dilihat dengan telah lepasnya bulu bulu halus yang menyertai anak ayam waktu menetas dan berganti dengan bulu lembut yang menutupi sempurna seluruh tubuh anak ayam tersebut.

Selanjutnya anak anak ayam tersebut dipindah ke tempat lain (missal : chickguard atau kandang box) dengan diberikan makanan dan minuman. Makanan cukup diberikan dilantai kandang atau pada nampan yang rendah dengan jenis butiran halus agar anak ayam dapat mulai belajar makan. Minuman yang diberikan dapat ditambahkan vitamin seperti amylit dan vitachick. Khusus tempat minum, sebaiknya diberikan gundu atau kerikil kerikil kecil agar anak ayam tidak sampai tenggelam didalamnya.

Sedangkan untuk mesin incubatornya dapat dimatikan dan dibersihkan dari bulu bulu halus, pecahan pecahan kulit telur atau lainnya serta disemprot dengan bahan desinfektan atau dilakukan prosedur fumigasi. Sanitasi yang baik untuk mesin incubator penting untuk menjamin kebersihan dari bibit bibit penyakit.

Pengetesan Fertilitas Telur

Pengetesan fertilitas telur adalah suatu hal yang perlu dilakukan. Hal ini terutama diperlukan untuk menentukan jumlah telur yang fertile untuk terus ditetaskan sedangkan yang tidak fertile atau tidak bertunas harus disingkirkan karena tidak berguna dalam proses penetasan dan bahkan Cuma buang buang tenaga dan tempat saja. Padahal tempat yang ada dapat dimanfaatkan untuk telur telur fertile yang lain atau yang baru akan ditetaskan.

Tes fertilitas semacam ini tidak akan mempengaruhi perkembangan embrio telur, malah sebaliknya kita akan tahu seberapa normal perkembangan embrio didalam telur tersebut telah berkembang atau bertunas. Tatapi tetap sebagai hal yang terpenting dalam proses ini adalah mengetahui seberapa banyak telur yang fertile dan dapat menentukan langkah langkah yang diperlukan untuk telur yang tidak fertile terutama jika telur telur tersebut diberikan coretan / tulisan mengenai asal telur dan tanggal di telurkan oleh sang ayam maupun informasi asal kandangnya.

Ada beberapa istilah untuk alat melihat fertilitas telur disebut teropong telur atau tester atau candler. Alat ini mudah dibuat dengan cara menempatkan bohlam lampu dalam sebuah kotak atau silender yang dapat terbuat dari segala macam jenis baik kayu ataupun pralon 3 inch seperti pada gambar.

Cara membuatnya adalah dengan memotong pralon 3 inch sepanjang 20 cm dan menutup kedua ujungnya dengan kayu yang dibuat melingkar mengikuti pralon dan kemudian di mur. Bagian dalam diberikan fitting lampu dan sebuah bohlam lampu yang cukup terang (missal : 40 watt) dan satu ujung bagian atasnya pada bagian tengahnya diberikan lubang sebesar 2/5 besar diameter telur rata rata atau sekitar 2 cm.

Penggunaannya adalah dengan menyalakan bohlam lampu dan melalui lubang yang ada (pada bagian atasnya) diletakkan telur yang akan dilihat dengan cara menempelkan bagian bawah telur (bagian yang lebih tajam dari telur) ke lubang dan melihat perkembangan yang ada di dalam telur. Cara yang paling baik adalah dengan menggunakan alat ini pada ruangan yang gelap sehingga bagian dalam telur yang terkena bias cahaya lampu dapat lebih jelas terlihat.

Telur biasanya di test setelah 5 – 7 hari setelah di tempatkan dalam incubator. Telur dengan kulit yang putih seperti telur ayam kampung akan lebih mudah dilihat daripada telur negri atau yang warna kulitnya cokalat atau warna lainnya.

Pada saat test fertilitas, maka hanya telur yang ada bintik hitam dan jalur jalur darah yang halus yang akan terus di tetaskan. Tetapi singkirkan telur telur yang ada pita darahnya, tidak ada perubahan (tetap tidak ada perkembangan), ada blok kehitaman karena mati atau seperti contoh pada gambar berikut:

candling


Apabila karena kurang pengalaman atau karena ragu ragu seperti missal menurut pengalaman kami perkembangan embrio kadang tidak terlihat jelas di bagian pinggir telur karena perkembangannya ada di tengah telur. Keadaan ini akan tampak seakan akan telur tidak berkembang tetpi nyatanya berkembang dengan baik.

Dalam kasus tersebut maka hal yang bijaksana adalah dengan mengembalikan telur telur tersebut kedalam incubator dan test kembali pada hari ke 10 atau 14 misalnya. Jika ternyata berkembang maka telur terus di tetaskan tetapi bila tidak maka harus dibuang.

Kegagalan Penetasan

Bila karena suatu sebab telur tersebut gagal untuk menetas maka harus dicari penyebab masalahnya. Dalam kasus kasus seperti ini maka klik link berikut untuk mengetahui penyebab dan penang-gulangannya serta memperbaikinya pada kesempatan penetasan berikutnya.
Akhirnya besar harapan kami, anda dapat menetaskan telur menjadi DOC yang berkualitas unggul.

Sabtu, 14 Juli 2012

Mengenal Berbagai Macam Mesin Penetas Telur

By -- Category: Peluang Usaha
Bidang usaha di bidang penetasan telur merupakan peluang usaha yang  cukup terbuka, baik itu telur ayam, telur itik, telur puyuh dan telur unggas lainnya. Penetasan telur yang sudah banyak dilakukan masyarakat adalah dengan cara alami dengan memanfaatkan unggas. Akan tetapi pada usaha budi daya modern telah menggunakan Mesin Penetas Telur. Ada berbagai macam mesin penetas telur yang bisa dipergunakan dalam bisnis ini. Tentu setiap jenis mesin tetas telur memiliki karakteristik dan cara pengoperasian sendiri-sendiri. Selain faktor mesin penetas yang baik , majanemen penetasan yang baik juga turut  mendukung mendukung kesuksesan bisnis ini.

Tidak hanya untuk kepentingan bisnis saja, penetasan telur juga dilakukan oleh para hobis unggas baik unggas biasa maupun unggas hias seperti ayam mutiara, burung perkutut dan lain-lain. Menetaskan telur dengan cara alami menggunakan induk hewan merupakan cara yang mudah dan relatif tidak memerlukan keahlian khusus. Tetapi menetaskan telur dengan mesin penetas memerlukan sedikit pemahaman dari mulai pengenalan mesin, operasional mesin penetas hingga manajemen penetasan. Pada kesempatan ini akan dibahas mengenai pengenalan mesin penetas sebagai bahan pertimbangan dalam usaha Penetasan Telur.
Menetaskan telur dengan mesin penetas biasanya dilakukan oleh peternak dengan pertimbangan memberi kesempatan kepada induk unggas untuk bertelur lebih banyak tanpa dibebani tugas mengeram, selain itu dengan mesin tetas dapat dilakukan penetasan telur dalam jumlah banyak pada satu waktu. Usaha penetasan telur ini dapat dilakukan sebagai usaha sambilan maupun usaha pokok dalam skala besar maupun Usaha Kecil Menengah (UKM).
Untuk tujuan bisnis usaha penetasan telur dengan mesin penetas adalah mendapatkan bibit unggas dengan prosentase tetas tinggi dan berkualitas unggul. Biasanya penetasan telur skala besar dilakukan oleh farm yang sudah memiliki mesin penetas modern dengan beberapa perlengkapan. Jika ingin serius menekuni bisnis ini diperlukan analisis usaha penetasan telur dan pemilihan mesin penetas secara cermat. Salah satu analisis usaha penetasan telur adalah memperhatikan beberapa aspek antara lain bibit yang baik dan mesin tetas yang baik. Mesin penetas  yang baik adalah yang mampu memiliki prosentase penetasan tinggi, efisien daya dan mudah dioperasikan. Ini memerlukan pemahaman tentang seluk beluk mesin penetas.

Hal-hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam memilih mesin Penetas Telur

Ada beberapa hal dan perlengkapan mesin penetas yang perlu diketahui sebelum memulai usaha penetasan telur sebagai berikut:

Bahan Mesin Penetas

Pada prinsipnya mesin tetas dapat dibuat sendiri maupun dapat membeli produk yang sudah jadi. Membuat sendiri mungkin bisa menghemat biaya , tetapi masalah kualitas dan daya tetas masih perlu diuji. Jika memilih membeli maka pilihlah mesin tetas yang sudah teruji kualitasnya, ada baiknya bertanya dan berbagi pengalaman dengan orang lain yang sudah menekuni usaha ini. Bahan yang dipergunakan untuk membuat mesin tetas adalah bahan yang mampu menahan panas yang cukup lama dan tidak mudah terpengaruh cuaca di luar ruangan, biasanya dipilih bahan Multiplex dan kayu. Selain itu dipilih bahan yang tidak mudah berubah karena perubahan suhu udara. Kayu-kayu jenis tertentu akan melengkung jika suhu berubah sehingga menjadi tidak rapat.

Kapasitas Dan Daya Mesin Penetas

Kapasitas mesin penetas perlu disesuaikan dengan kebutuhan penetasan, kapasitas mesin tetas untuk keperluan penetasan biasanya tersedia dari mulai kapasitas sekitar 40 butir telur sampai ribuan. Semakin besar kapasitas telur yang dapat ditetaskan semakin besar daya listrik yang diperlukan. Jika kebutuhan penetasan hanya kecil   tidak perlu membeli mesin penetas yang berukuran besar karena boros daya.
Sumber Daya biasanya bersumber dari bolam lampu listrik yang dilengkapi dengan cerobong untuk penempatan cadangan lampu minyak. Perhatikan juga letak sumber lampu, lebih baik lampu dengan daya kecil tetapi merata dibandingkan dengan lampu berdaya besar tetapi terkumpul dalam satu tempat. Hal ini menyebabkan panas tidak merata di seluruh ruangan, ada bagian ruangan yang terlalu panas dan ada yang kurang panas. Hal ini tidak baik bagi kualitas penetasan. Mesin penetas yang baik adalah yang memiliki pemyebaran panas yang merata. Pada mesin penetas besar dan bagus dilengkapi dengan semacam blower untuk meratakan panas.

Pengatur Panas Dan Rak Telur

Suhu ruangan dalam mesin tetas diupayakan selalu stabil dan tidak terpengaruh oleh udara luar,sekitar 37-38 derajat Celcius. Untuk memastikan hal tersebut diperlukan termometer ruangan sebagai pengukur suhu dan thermostat untuk mengontrol suhu ruangan.
Thermostat sederhana menggunakan cairan yang dikemas dalam bentuk kapsul, jika  panas maka kapsul akan mengembang dan menekan mikroswitch untuk mematikan lampu, jika sudah dingin akan mengempis sehingga mikroswitch akan bebas dan lampu menyala kembali. Setting thermostat jenis ini dilakukan dengan cara manual dengan mengatur jarak antara kapsul dan mikroswitch. Thermostat modern menggunakan sensor suhu yang sudah di setting sebelumnya. Selain itu Mesin penetas dilengkapi dengan Termometer untuk mengukur suhu ruangan. Biasanya sudah include saat membeli mesin tetas.
Kapsul Regulator Pada Mesin Penetas Biasa
Kapsul Regulator Pada Mesin Penetas Telur Biasa

Rak telur merupakan tempat untuk meletakkan telur-telur dalam ruang Mesin penetas telur , rak telur yang baik tidak boleh terlalu rapat agar sirkulasi udara baik dan menjamin telur tidak mudah menggelinding dan bergerak. Selain itu rak telur harus bisa ditarik keluar agar mudah pada saat membalik telur, membersihkan  dan mengangin-anginkan telur.
Untuk menjamin kelembaban udara dalam ruang Mesin Penetas Telur/ inkubator diperlukan bak air dan Hygrometer untuk mengukur kelembaban udara. Bak air diperlukan untuk menambah kelembaban udara dalam ruangan, pada  penetasan telur itik diperlukan kelembaban udara yang cukup tingi. Hygrometer biasanya bersifat optional dan jarang include dengan mesin tetas karena harganya cukup mahal.

Kamis, 12 Juli 2012

PANDUAN PRAKTIS BETERNAK ITIK

Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi Bogor berhasil mengembangkan Itik Hibrida atau MA-2000 yang memiliki kemampuan berproduksi (betelur) tinggi. Adapun rata-rata produksi pertahun adalah 260 butir/ekor (75%). Itik MA-2000 betina oleh para Peternak Itik dijuluki sebagai Itik Ratu. Itik MA-2000 adalah hasil persilangan antara Itik Mojosari jantan dan Itik Alabio betina. Produktifitas itik MA seragam dan pada minggu ke-16 produksinya mencapai 93% (puncak produksi). Selain itu itik MA mulai betelur pada umur 4,5 bulan lebih cepat dari itik lokal lainnya. Demikian sekilas tentang itik unggul lokal (MA-2000) yang dapat membantu para peternak itik untuk meningkatkan usaha peternakannya.
Dan pada kesempatan ini saya akan berbagi dengan pengunjung blog ini, bagaimana cara beternak itik baik secara tradisional (digembalakan) maupun secara intensif (terkurung)
1. Pemeliharaan Itik dengan Sistem Sederhana
Untuk anak itik umur 1 hari s/d 2 minggu, kandang dibuat berbentuk kotak dengan menggunakan lampu listrik sebagai sumber panas. Untuk itik dara (remaja) dan itik petelur (induk), kandang dibuat setinggi 50cm, kandang dapat dipindah-pindahkan. Lantai kandang dialasi jerami dan sebagai atapnya dapat menggunakan terpal, jerami atau bahan lainnya agar itik terhindar dari hujan. Adapun sumber utama makanan, diperoleh dari sisa-sisa panen padi di daerah persawahan, irigasi dan rawa-rawa. Itik yang dipelihara dengan sistem ini, produksi telurnya bergantung pada musim panen. Bila musim panen padi, persedian makanan cukup melimpah dengan demikian produksi telur akan meningkat pula. Biasanya para peternak memberikan makanan tambahan berupa dedak, bekicot, sisa-sisa dari tempat pemotongan hewan, sisa-sisa makanan dan lain sebagainya apabila sumber makanan utama tidak tersedia.
2. Pemeliharaan Sistem Intensif
Pemeliharaan itik dengan cara intensif, tujuannya adalah untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam pemeliharaan intensif, itik dipelihara secara terkurung dengan menerapkan sistem pemberian pakan yang bermutu, bibit unggul, serta tatalaksana pemeliharaan yang baik.
Dalam sistem pemeliharaan ini dibagi dalam 3 phase :
a. Starter, yaitu itik berumur 0 – 2 bulan.
b. Grower, itik dara umur 2 – 6 bulan
c. Layer, umur 6 (enam) bulan sampai umur 3 tahun (masa afkir)
Periode Starter
Anak itik umur 1 hari hingga umur 2 bulan, diberikan pakan jadi dengan kadar protein 20% serta kalori antara 2700 – 3000kkal.
Pakan jadi untuk anak itik berupa konsentrat yang dapat dibeli di toko pakan ternak. Selain konsentrat anak itik dapat juga diberikan pakan buatan seperti, jagung, bungkil kelapa, tepung ikan, kedelai, dedak halus, masing-masing 2kg dan 1kg kacang hijau, ditumbuk menjadi tepung halus. Pakan diberikan 3 kali sehari hal ini dimaksudkan agar pakan tidak terbuang dan tidak basi. Anak itik ditempatkan di dalam kandang yang dilengkapi dengan induk buatan berbentuk kotak serta dilengkapi dengan pemanas buatan. Sumber panas ini dimaksukan agar itik tidak berdesak-desakan. Bila keadaan kandang yang terlalu dingin dapat mengakibatkan kematian itik. Pemanas buatan menggunakan lampu pijar. Untuk 100 ekor anak itik, dapat menggunakan lampu 60w – 75w yang digantung setinggi 40cm dari atas lantai. Induk buatan memerlukan suhu 35°C pada minggu pertama dan dapat dikurangi setiap minggu sampai 18°C.
Periode Grower
Pemeliharaan masa grower adalah itik yang berumur 2 sampai 6 bulan. Pemberian makanan pada periode ini hampir sama dengan pemberian pakan itik pada masa starter hanya saja pada siang hari, itik dapat diberikan makanan berupa sayur-sayuran seperti kangkung, enceng gondok, bayam dan lain lain. Pada masa ini pemberian pakan dibatasi, agar itik tidak cepat betelur. Bila itik betelur pada usia muda, produksi telurnya kecil-kecil. Tempat pemeliharaan itik pada periode ini, itik dapat ditempatkan di kandang berbentuk postal ataupun kandang ren yang dibagi dalam 2 bagian, yaitu tempat bermain dan tempat beristirahat dan dapat pula dibuat kolam. Luas kandang dapat disesuaikan dengan jumlah itik yang dipelihara. Misalnya itik yang akan dipelihara sebanyak 100 ekor dengan kepadatan itik 4 ekor/m2, maka luas kandang adalah 25 m2. Misalkan panjang kandang dibuat 10 meter dan lebar kandang 5m dan lain sebagainya tergantung dengan kondisi yang ada.
Periode layer
Periode layer adalah itik berumur 6 bulan hingga masa afkir (3tahun). Pada umur 5.5 bulan itik mulai belajar bertelur untuk itu kandang itik harus jauh dari keramaian hal ini untuk menghidari agar itik tidak mudah terkejut yang akan mengakibatkan itik tidak mau betelur.
Ransum itik periode layer dapat di buat dari beberapa bahan sebagai berikut :
Bungkil kelapa, jagung kuning, dedak padi masing-masing 4kg, tepung ikan, tepung daging masing masing 2kg dan tepung tulang 1kg serta kapur 3/4kg.
Pemberian pakan pada itik petelur diberikan secara basah yaitu pakan dicampur dengan air di mana itik lebih suka dengan pakan basah daripada pakan berbentuk kering. Pemberian pakan pada itik dapat dilakukan pada pagi hari dan sore hari sedangkan pada siang hari itik diberikan sayur-sayuran dan dapat ditambahkan dengan sisa sisa dapur. Jumlah pakan itik petelur adalah 20kg/100ekor/hari.
Setelah itik betelur selama 6 (enam) bulan, itik akan mengalami masa luruh. Untuk mengatasi masa luruh itik, caranya dengan memberikan pakan yang cukup agar masa luruh cepat berakhir. Inilah kelebihan dari pemeliharaan intensif di mana peternak dapat mengamati secara langsung perkembangan ternaknya baik produksi telur, kesehatan itik, kandang, pakan serta kesejahteraan ternaknya.

Pemilihan Fertilitas Telur

telur tetas fertil
Telur tetas yang dibuahi
Untuk menetaskan telur ayam atau bebek, tentunya telur yang akan ditetaskan adalah telur yang fertil atau dibuahi. Telur tanpa pembuahan atau tanpa adanya perkawinan dengan pejantan tidak mungkin bisa menetas. 
Kalau kita mempunyai peternakan sendiri, untuk mendapatkan telur tetas tentunya bukan hal yang sulit, karena kita mempunyai indukan yang kita ketahui jenis makanannya, perbandingan pejantan dan betinanya, apalagi kalau kita menggunakan perkawinan dengan sistem inseminasi buatan, kita akan lebih mudah mengetahui apakah telur itu dibuahi atau tidak. Walaupun jawaban yang lebih pasti dapat kita temukan ketika kita melakukan peneropongan setelah beberapa hari telur berada di dalam mesin tetas.

Kebanyakan pedagang telur tetas, atau pedagang bebek mengatakan dapat mengetahui ciri-ciri telur tetas yang fertil atau dibuahi berdasarkan dari ciri-ciri fisik telur yang akan di tetaskan. Bahkan ada yang mengatakan dapat membedakan telur tetas yang berisi embrio jantan dan embrio betina. Secara logika hal ini sangat sulit untuk diterima, Mengingat isi di dalam telur adalah sekumpulan sel yang sangat kecil dan tidak dapat dilihat kasat mata. Bagaimana mungkin seseorang bisa mengetahui telur yang akan ditetaskan adalah telur yang fertil.
Apabila ada seseorang yang dapat mengetahui secara pasti ciri-ciri telur yang fertil atau dibuahi, sudah dapat dipastikan orang tersebut akan mendapatkan pendapatan yang sangat banyak dari penjualan telur tetas.

Ciri-ciri telur tetas yang fertil atau dibuahi oleh pejantan hanya dapat dilihat dengan cara peneropongan setelah telur berada dalam mesin tetas beberapa hari.
Untuk mengetahui telur yang fertil atau tidak sebelum masuk ke dalam mesin tetas adalah hal yang susah diterima logika. Kita tidak bisa mengetahui ciri-ciri telur yang fertil, yang dapat kita lakukan adalah berusaha mendapatkan telur tetas dengan tingkat fertilitas yang tinggi.

Supaya telur yang akan kita tetaskan mempunyai tingkat fertilitas yang tinggi, kita harus mengetahui beberapa hal seperti di bawah ini:

Telur Dari Hasil Perkawinan
Apabila kita membeli telur tetas dari peternak, pastikan telur tetas yang kita beli merupakan telur tetas dari peternakan yang mempunyai pejantan dengan perbandingan yang ideal antara pejantan dan betina adalah 1:8. Dengan demikian maka telur yang kita tetaskan adalah telur yang dibuahi.

Perhatikan Fisik telur.
Bentuk fisik telur sangat berpengaruh pada fertilitas dan daya tetas telur itu sendiri. Usahakan membeli telur tetas dengan kerabang yang tidak terlalu tebal, memilih telur yang bersih, telur yang tidak retak,bentuk telur yang ideal. Kerabang telur yang terlalu tebal akan menyulitkan pada proses pecahnya kerabang telur waktu penetasan, Biasanya embrio mengalami kematian di dalam kerabang telur karena kesulitan memecah kerabang telur. Telur yang kurang bersih akan mudah dimasuki kuman-kuman bibit penyakit, mengingat kerabang telur memiliki pori-pori untuk pernafasan embrio yang ada di dalam telur. Telur yang retak sebaiknya jangan ditetaskan karena tidak akan bisa menetas.
Bentuk telur yang ideal juga berpengaruh pada penetasan. Tetaskan telur-telur dengan bentuk yang ideal, tidak terlalu bulat juga tidak terlalu lonjong, tidak terlalu besar juga tidak  terlalu kecil.

Lama Penyimpanan Telur.
Lama penyimpanan telur sangat mempengaruhi daya tetas telur. Telur yang disimpan terlalu lama akan membunuh embrio yang ada di dalamnya, dengan demikian maka telur tidak akan menetas. Lama penyimpanan telur tetas sebaiknya kurang dari 7 hari. Tanyakan kepada penjual telur, berapa lama telur tersebut disimpan. Semakin lama telur disimpan, maka fertilitas dan daya tetasnya akan menurun bahkan mendekati angka nol.

Ciri-ciri telur yang fertil atau dibuahi hanya dapat diketahui dengan cara meneropongnya pada beberapa hari setelah telur berada pada mesin tetas. Kita tidak dapat mengetahuinya sebelum telur ditetaskan, meskipun telur itu berasal dari induk yang dikawini oleh pejantan, karena mata kita mempunyai keterbatasan dalam melihat sesuatu yang lebih kecil seperti contohnya sel telur.
Kita hanya dapat mengusahakan supaya tingkat fertilitas telur lebih tinggi dengan daya tetas telur yang juga lebih tinggi.

Kegagalan Penetasan serta Penyebabnya

Kegagalan Dalam Proses Penetasan serta Kemungkinan Penyebabnya
Usaha pembibitan atau penetasan itik menggunakan alat penetasan|mesin tetas sangatlah membantu peternak dalam upaya memperoleh bibit itik dalam jumlah yang lebih banyak bila dibandingkan dengan penetasan alami.
Adapun beberapa  faktor yang sering kali dijumpai peternak dalam proses penetasan dengan menggunakan alat penetas buatan, antara lain seperti berikut :
1. Telur Infertil
Beberapa faktor yang menyebabkan telur infertil  atau tidak tertunasi adalah :
  • Perbandingan induk jantan dan betina tidak memenuhi persyaratan
  • Induk jantan/betina sudah terlalu tua
  • Induk betina terlalu gemuk
  • Kebersihan kerabang telur tetas
  • Telur tetas disimpan terlalu lama pada kondisi yang tidak sesuai sebelum dimasukan ke dalam mesin tetas
  • Pakan induk parent stock kekurangan vitamin A,B,C atau E dan
  • Parent stock mengalami sakit/stres.
2. Embrio mati awal
Apabila embrio banyak yang mati awal, kemungkinan penyebabnya adalah :
  • Temperatur mesin tetas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
  • Faktor genetik parent stock
  • Kesalahan dalam proses fumigasi (pengasapan)
  • Kesalahan pada pemutaran telur
  • Stres/penyakit pada parent stock
3. Embrio banyak yang mati di mesin penetasan
Bila embrio banyak yang mati , sesaat sebelum kulit telur retak, maka kemungkinan penyebabnya adalah :
  • Pemutaran telur yang tidak benar,
  • Temperatur dan kelembapan mesin tetas yang tidak tepat,
  • Faktor generik parent stock,
  • Peletakan telur pada tray yang tidak benar arahnya, seharusnya yang bulat di atas dan runcing di bawah.
  • Sirkulasi udara yang tidak baik
4. Embrio banyak yang mati setelah kulit telur retak
Bila embrio banyak yang mati sesudah kulit telur retak, maka kemungkinan penyebabnya adalah kelembapan di mesin hatcher (penetasan) terlalu rendah dan terjadi fluktuasi temperatur di mesin setter.
5. Bila final stock menetas terlalu cepat
Kemungkinan disebabkan oleh temperatur mesin setter/hatcher yang terlalu tinggi.
6. Final stock terlambat menetas
Bila final stock terlambat menetas, kemungkinan disebabkan oleh temperatur mesin setter terlalu rendah atau sebelum ditetaskan, telur tetas telah lama disimpan.
7. Final stock tidak serempak menetas
Bila final stock tidak serempak menetas, kemungkinan penyebabnya adalah :
  • Penyebaran panas di dalam mesin tetas tidak merata
  • Telur tetas berasal dari induk/parent stock yang berbeda umur dan
  • Ukuran telur yang beragam
8. Pusar final stock tidak menutup secara sempurna
Bila pusar final stock tidak menutup secara sempurna, kemungkinan penyebabnya adalah :
  • Temperatur di mesin hatcher terlalu tinggi
  • Temperatur di mesin setter terlalu berfluktuasi
  • Kesalahan teknik fumigasi pada saat telur berada di mesin hacther dan
  • Kelembapan di mesin hatcher terlalu rendah.
9. Final stock tertutup cairan
Bila final stock tertutup cairan, maka kemungkinan penyebabnya adalah :
  • Temperatur di mesin tetas terlalu rendah,
  • Kelembapan di mesin tetas terlalu tinggi dan
  • Kandungan gizi pakan parent stock kurang tepat.
10.Final stock terlalu kecil
Bila final stock terlalu kecil, maka kemungkinan penyebabnya adalah :
  • Berat telur tetas terlalu rendah
  • Kelembapan di mesin tetas terlalu rendah dan
  • Temperatur di mesin tetas terlalu tinggi
11.Final stock lemah
Bila final stock terlalu lemah, maka kemungkinan penyebabnya adalah
  • Temperatur di mesin hatcher terlalu tinggi
  • Kelembapan di mesin hatcher terlalu tinggi
  • Kandungan gizi pakan parent stock kurang tepat
  • Telur tetas berasal dari induk parent stock yang masih muda.
Sumber : Suryani Titik,Ir,Santosa,Ir,Pembibitan Ayam Ras,Jakarta: Penebar Swadaya,2002
Demikianlah beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam proses penetasan serta kemungkinan penyebabnya. Harapan kami kiranya artikel ini dapat membantu para peternak dalam upaya memperoleh bibit itik ataupun bibit unggas lainnya agar dapat menghidari kesalahan dalam melakukan proses penetasan nantinya.
Bila ada rekan-rekan peternak yang memiliki pengalaman dalam usaha pembibitan itik, baik tips ataupun ide serta pertanyaan seputar pembibitan itik, silahkan berbagi pengalaman bersama “ternak itik intensife”.

Tata Laksana Penetasan

Penetasan yang dimaksudkan dalam artikel ini adalah proses penetasan yang  besar pada usaha pembibitan itik maupun ayam. Hal ini disebabkan untuk sekali proses produksi bibit final stock paling sedikit 1.000 ekor. Adapun tata laksana proses penetasan adalah seperti berikut :
A. Penanganan Telur Tetas
Setelah telur tetas tiba di penetasan, telur-telur tersebut diseleksi kembali berdasarkan beratnya. Hal ini dilakukan terutama bila penanggung jawab penetasan dan peternakan (sumber telur tetas) berlainan. Tujuan seleksi telur adalah untuk mendapatkan bibit itik maupun ayam sesuai yang diharapkan. Dari tabel di bawah ini, dapat diketahui pengaruh berat telur terhadap berat awal anak ayam umur sehari yang ditetaskan dalam kondisi mesin tetas yang baik.

Tabel 1. Pengaruh Berat Telur Terhadap Berat DOC
Selain itu, dapat pula digunakan standar seperti berikut :
Berat anak ayam umur sehari (gram) = (2/3 x berat telur) ± 1 gram
(euribrid, form egg to chicken)
Setelah dilakukan seleksi ulang terhadap berat telur, kebersihan telur dan kondisi kulit telur, kemudian telur-telur ini difumigasi dengan kekuatan triple (120 cc formalin dan 60 gram KMn04) untuk ruangan 2.83 m3. Selanjutnya telur-telur ini dimasukan ke ruang pendingin sambil menunggu waktu untuk dimasukan ke dalam mesin setter (inkubator). Agar supaya telur tidak terkontaminasi lagi oleh bibit penyakit, letak ruang fumigasi sebaiknya langsung satu pintu dengan ruang pendingin (cold storage). Untuk telur tetas yang membutuhkan penyimpanan beberapa hari, ruang pendingin harus memiliki suhu atau temperatur ruang kurang dari 15°C dengan kelembapan 70 – 80 %. Sebaiknya lama penyimpanan telur tidak lebih dari 1 minggu sebab penyimpanan yang terlalu lama akan sangat berpengaruh negatif terhadap daya tetas serta bertambahnya waktu yang dibutuhkan untuk menetas. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Terhadap Daya Tetas serta Keterlambatan Penetasan
B. Penataan Ruang di Penetasan
Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi serta untuk mendapatkan sanitasi yang baik, maka penempatan ruang di penetasan menggunakan sistem one way system (telur berjalan satu jalur). Pada sistem ini, arah angin dapat diatur sedemikian rupa sehingga akan mengalir dari bagian yang bersih ke arah bagian yang kotor.
1. Ruang Fumigasi
Telur tetas yang telah tiba dari peternakan, langsung dimasukan ke ruang fumigasi, selanjutnya telur difumigasi dengan kekuatan 3 kali. Petugas yang membawa telur tetas dari peternakan hanya boleh memasukan telur sampai pintu bangunan penetasan dan tidak boleh masuk ke dalam ruang penetasan.
2. Ruang Penerimaan Telur (Ruang Sanitasi)
Setelah telur difumigasi, telur dipindahkan ke ruang penerimaan atau ruang seleksi telur. Di ruang ini, telu-telur diseleksi ulang berdasarkan :
  • Keutuhan kulit telur (yang retak di keluarkan)
  • Berat telur berdasarkan berat bibit yang dikehendaki
  • Tingkat kebersihan kulit telur
  • Bentuk telur (normal atau oval dan tidak terlalu memanjang) dan
  • Keadaan kulit telur (halus dan tidak banyak totol-totol)
Selain dilakukan seleksi ulang, telur tetas juga dipindahkan dari tray yang digunakan dari peternakan (asal telur) ke tray khusus yang akan digunakan dalam penetasan (mesin setter).
3. Ruang Penyimpanan Telur Tetas
Untuk telur-telur yang tidak langsung dimasukan ke setter (inkubator), karena menunggu hingga jumlah telur terpenuhi ataupun karena menunggu jadwal yang ditetapkan maka telur-telur ini dimasukan ke dalam ruang penyimpanan. Telur-telur tersebut diletakan pada rak dan diberi tanggal. Telur yang masuk ke ruang penyimpanan terlebih dahulu, harus dikeluarkan lebih dahulu pula.Umumnya, lama penyimpanan telur sebelum masuk ke mesin setter adalah 4 hari.
Suhu dalam ruang penyimpanan sebaiknya diatur pada 15ºC dengan kelembapan 70 – 80 %. Ruang penyimpanan ini harus tidak memiliki jendela, dinding dan daun pintunya harus dilapisi bahan yang tidak mudah lapuk dan berjamur bila terkena air. Petugas untuk ruang penyimpanan sebaiknya tersendiri serta dapat merangkap tugas memasukan telur ke inkubator. Untuk memudahkan petugas, sebaiknya pintu yang berhubungan degan ruang seleksi digembok dari sebelah dalam, sedangkan pintu yang ke arah ruang pre heating diberi kunci.
4. Ruang Pre Heating
Kurang lebih 6 jam sebelum dimasukan ke dalam inkubator, telur tetas sebaiknya dikeluarkan dari ruang penyimpanan kemudian dibawa ke ruangan yang bersuhu 22ºC (72ºF). Ruang ini sebaiknya berada langsung di ruangan mesin penetas. Manfaat penempatan telur di ruangan ini adalah agar suhu telur dapat berangsur-angsur naik sehingga bila dimasukan ke inkubator tidak menyebabkan turunnya suhu mesin tetas terlalu lama. Bila hal ini terjadi, maka telur yang terlebih dahulu berada dalam inkubator akan mengalami kegagalan menetas.
5. Ruang Mesin Penetas
Pada ruang inilah mesin penetas diletakan baik mesin setter (inkubator) maupun mesin hatcher. Letak mesin setter dan hatcher sebaiknya berpasangan (berhadapan). Agar sanitasi ruang terjaga, di antara ruang kedua mesin tersebut dipisahkan oleh dinding setinggi atap.
Pada dinding pemisah antar mesin tersebut dibuat pintu sorong yang dapat ditutup dan dibuka selebar kereta dorong inkubator. Pintu ini bertujuan untuk memudahkan pemindahan telur dari setter ke hatcher. Pada ruang hatcher diletakan pula meja-meja untuk candling (peropongan telur dan pengeluaran telur yang tidak fertil). Untuk memudahkan peneropongan, selain digunakan bola lampu yang kuat pada jendela kaca hatcher ditutup dengan kain tirai hitam yang dapat dibuka lagi setelah peropongan selesai.
Lantai untuk ruangan setter dan hatcher sebaiknya dibuat dari bahan yang  tidak mudah menyerap air agar fluktuasi kelembapan di dalam mesin setter dan hatcher tidak terjadi. Untuk kebutuhan ini, laintai dapat dibuat dari bahan keramik. Pada mesin tetas yang besar, biasanya lantainya adalah lantai gedung tersebut, sedangkan dinding dan atap unit dibuat oleh pabrik pembuat mesin tetas. Besarnya ruang setter dan hatcher tergantung pada banyaknya dan besarnya unit mesin tetas. Banyaknya mesin tetas yang dimiliki tergantung pada jumlah telur tetas yang akan ditetaskan. Di depan mesin setter dan hatcher darus dibuatkan saluran air tertutup sehingga air kotoran bisa mengalir pada waktu mencuci mesin setter maupun hatcher.
Suhu yang optimum untuk ruangan ini adalah 22ºC dengan kelembapan 50 – 60 %. Untuk memudahkan pekerjaan sebaiknya di depan setter dan hatcher harus ada jarak 3m antara dinding pemisah dan mesin bagian depan. Jarak ini berguna untuk sirkulasi udara. Selai itu, antara dinding mesin tetas bagian belakang dengan dinding bangunan juga harus diberi jarak sekitar 60cm. Untuk membersihkan atap mesin, antara atap mesin tetas dengan atap bangunan perlu diberi jarak 2.5m. Untuk kapasita 1000 telur tetas, kecepatan aliran udara pada ruang inkubator sebaiknya 57 m³ per jam sedangkan pada ruang mesin hatcher 370m³ per jam.
6.Ruang Penanganan Bibit
Pada ruang ini dilakukan aktivitas seleksi final stock,pemotongan paruh (untuk DOC), vaksinasi, packing (pengemasan) bibit ke dalam boks dan penyimpanan sementara. Di ruangan ini, ventilasi harus diperhatikan. Temperatur optimum di ruangan ini adalah 22ºC dengan kelembapan sekitar 60%.
7. Ruang Pencucian
Setelah telur menetas atau setelah transfer telur dari setter ke hatcher, banyak rak-rak dan tray bekas telur yang kotor dan harus dibersihkan. Selain dibersihkan dengan deterjen, penggunaan desinfektan sesudah barang-barang dicuci bersih sangatlah dianjurkan. Pencucian harus dilakukan dengan bersih agar tidak berakibat menurunnya daya tetas dan kesehatan bibit yang akan ditetaskan pada periode berikutnya.
8. Ruang Penyimpanan Material
Ruang ini selain sebagai tempat penyimpanan boks yang  belum dirakit, juga digunakan untuk menyimpan suku cadang mesin tetas.
9. Ruang Administrasi Penetasan
Penetasan yang besar memerlukan ruangan khusus untuk bagian adaministrasi yang meliputi pencatatan telur, final stock, dan baran-barang lainnya yang keluar-masuk serta untuk pengawas atau pimpinan penetasan.
10. Ruang Karyawan
Untuk menjaga sanitasi ruang penetasan, karyawan penetasan dilarang keluar masuk penetasan secara sembarangan pada sembarang waktu. Untuk itu ruang penetasan perlu dilengkapi dengan ruang makan, kamar kecil serta ruang istirahat.
Tabel. 3 Kebutuhan Luas Lantai Minimum Pada Ruang Penetasan
Dari beberapa jenis mesin setter dan hatcher dengan kapasitas tertentu (Tabel.4), calon pemilik penetasan dapat memperhitungkan ukuran ruangan yang harus dipersiapkan untuk menempatkan mesin tetasnya (beserta pengembangannya di kemudian hari sesuai dengan izin produksi yang dimilikinya).
Skema tata letak ruang penetasan dengan prinsip aliran udara dari tempat bersih mengalir ke tempat kotor
C. Pertumbuahan Embrio 
Pertumbuhan embrio ayam sesudah memasuki mesin tetas dapat digolongkan menjadi tiga periode :
Periode I
Pertumbuhan organ-organ dalam (umur 1-5 hari )
  • Hari ke-1 : Pembesara embrio
  • Hari ke-2 : Jantung mulai berdenyut, pembuluh darah mulai tampak, cairan amnion mulai tumbuh dengan fungsinya menjaga  calon embrrio dari goncangan, penguapan dan kehancuran.
  • Hari ke-3 : Paruh, kaki, sayap mulai terbentuk. Begitu pula allantois yang berfungsi untuk proses dan pengeluaran sisa-sisa metabolisme dari embrio
  • Hari ke-4 : Calon lidah mulai terbentuk
  • Hari ke-5 : Organ-organ reproduksi mulai dibentuk
Periode II
Pertumbuhan Jaringan luar
  • Hari ke-6 : Paruh mulai tumbuh
  • Hari ke-8 : Bulu mulai tumbuh
  • Hari ke-10 : Paruh mulai mengeras
  • Hari ke-13 : Kaki mulai tumbuh dan ukuran allantois mencapai maksimum
  • Hari ke-14 : Anggota tubuh embrio ayam telah lengkap
Periode III
Pertumbuhan  Embrio
  • Hari ke-15 : Kaki dan cakar mulai mengeras. Mulai umur 15-19 hari, usus mulai ada dan leher mulai mengarah ke depan
  • Hari ke-16 : Allantois lengkap menghilang
  • Hari ke-17 : Paruh menghadap ke ruang udara, cairan amnion mulai menghilang dan habis pada hari ke-19.
  • Hari ke-19 : Kuning telur masuk ke dalam perut embrio dan ruang udara dipecah oleh embrio dengan paruhnya.
  • Hari ke-20 : Kuning telur masuk semua kedalam perut embrio memenuhi seluruh telur, termasuk bagian ruang udara dan kulit telur menjadi retak.
  • Hari ke-21 : Anak ayam menetas
Gambar : Perkembangan embrio di dalam telur sejak telur dimasukkan ke dalam mesin tetas sampai dengan menetas
Dari berat telur kurang lebih 60 gram, perkembangan berat embrio mulai dari telur dimasukan ke mesin tetas sampai dengan hari ke-21 sebagai berikut :
  • Hari ke-5  : kurang lebih 0.5g
  • Hari ke-10 : kurang lebih 3g
  • Hari ke-15 : kurang lebih 12g
  • Hari ke-18 : kurang lebih 20g
  • Hari ke-21 : kurang lebih 40g
D. Penanganan Telur di Mesin Tetas dan Proses Penetasan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan penetasan pada mesin tetas adalah temperatur, kelembapan, sirkulasi udara dan pemutaran telur.
1. Temperatur
Temperatur mesin setter/hatcher, selama anak ayam (umur 1 – 18 hari) berada di mesin tetas adalah 37,6ºC. Temperatur ruang mesin setter maupun hacther harus konstan dan dicek setiap jam. Suhu yang berfluktuasi akan menyebabkan kegagalan dalam proses penetasan. Kegagalan ini ditandai dengan banyaknya telur tetas yang tidak menetas. Kalaupun menetas, bulu final stock itu lengket oleh cairan omnium. Selain dapat menyebabkan banyaknya telur yang tidak menetas, temperatur yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah juga dapat mempengaruhi lamanya waktu tetas.
Tabel : 4. Pengaruh Suhu Terhadap Daya Tetas Telur Ayam
Dua masa paling kritis pada kehidupan embrio yang sedang ditetaskan terjadi pada umur 2 – 4 hari (24 – 96 jam) pertama dan pada 3 hari terakhir (pada saat final stock berusah memecah kulit telur). Oleh karena itu, waktu untuk peneropongan telur yang infertil (candling) dan transfer telur dari setter ke hatcher (saat telur berada di luas mesin tetas) yang dilakukan pada 3 hari terakhir, sebaiknya tidak lebih dari 30 menit. Selain itu, fumigasi di inkubator/setter sebaiknya tidak dilakukan pada hari ke-2 (24 jam pertama) hingga pada hari ke-4 (96 jam) dari saat telur dimasukan ke mesin tetas. Untuk mendapatkan hasil tetas yang tinggi, transfer telur dari setter ke hatcher dilakukan pada saat 5% telur tetas mulai retak.
Tabel 5. Hubungan Temperatur Dan Waktu Yang Dibutuhkan Telur Untuk Menetas
Suhu di dalam mesin setter dijaga agar selalu konstan. Untuk itu digunakan peralatan yang terdapat di dalam mesin tetas. Cara settingnya pun diatur sehingga kapasitas satu mesin tetas tidak dipenuhi sekaligus melainkan hanya 1/3 bagian pada setiap minggu. Hal ini berkaitan dengan pengeluaran dan penyerapan panas (telur yang berumur 4 hari atau lebih akan mengeluarkan panas sedangkan telur kurang dari 4 hari akan menyerap panas).
2. Kelembapan
Kelembapan di inkubator 52 – 55 % (setara dengan 28,9ºC – 29.4ºC pada bola basah thermometer), sedangkan kelembapan pada hatcher mula-mula 52 – 55%.  Apabila 1/3 dari jumlah telur di dalam mesin hacther telah retak, maka kelembapan dinaikan menjadi 70 – 75% (32.8ºC – 33.3ºC pada bola basah thermometer). Untuk mendapatkan data kelembapan di dalam mesin setter maupun hatcher, maka setiap saat kain kaos yang terdapat pada bola basah termometer harus dibersihkan. Agar kain kaos tidak mengeras karena kalsium, maka untuk mengecek termometer bola basah dipakai air murni atau air destilasi. Untuk itu, dapat dipakai air hujan atau aquadest supaya tidak terjadi gangguan kelembapan pada hatchery. Gangguan kelembapan ini dapat menyebabkan kegagalan pembukaan pintu hatcher pada saat telur mulai pecah kulit dan final stock mulai mengumpul.
3. Sirkulasi Ventilasi Udara Dengan Kipas Angin
Fungsi sirkulasi ventilasi udara pada mesin tetas adalah :
  • Mengirim oksigen ke dalam mesin tetas
  • Membuang atau mengalirkan CO2 ke luar mesin tetas sehingga kadarnya di dalam mesin tetas tidak lebih dari 0.5%. dan
  • Mendistribusikan panas secara merata.
Sirkulasi udara di dalam mesin setter dan stage pemasukan trolley
4. Pemutaran Telur
Selama telur tetas berada di dalam mesin setter atau inkubator, telur tetas harus diputar 90 derajat setiap jam untuk menjaga agar embrio tidak menempel pada salah satu sisi kulit telur. Arah pemutaran telur untuk semua rak yang ada di dalam mesin inkubator harus searah. Hal ini terutama penting untuk sirkulasi udara dari panas.
Pada mesin tetas buatan yang modern (memakai sistem digital), pengaturan temperatur, kelembapan, pemutaran telur dan sirkulasi udara tidak perlu dicek terus menerus dengan membuka pintu mesin tetapi cukup dengan melihat catatan yang dibuat secara otomatis pada panel kontrol mesin tetas.
E. Sanitasi di dalam Mesin Tetas
Sanitasi di dalam mesin tetas sangatlah penting. Sanitasi ini sangatlah berpengaruh terhadap daya tetas dan kualitas DOC maupun DOD. Selain kebersihan mesin tetas dijaga dengan cara mencuci bersih hatcher dan setter yang kosong, maka perlu juga dilakukan fumigasi di dalam mesin tetas.

Senin, 09 Juli 2012

PROSES PENETASAN TELUR ITIK  secara tradisional



Setelah telur itik berkumpul baru dilap dengan lap basah dan di jemur selama ¼ jam (15 menit). Tujuannya untuk menghilangkan air dan bibit air yang melekat pada kerabang telur. Bersamaan dengan penjemuran telur tetas,perlu di lakukan penjemuran gabahnya,agar gabahnya hangat.


Selanjutnya telur itik dan gabah yang sudah siap, untuk Lapisan pertama (I)dimasukan kedalam keranjang yang telah dilapisi bagian  dalamnya dengan kertas atau plastik. Peletakan dapat dilakukan berselingan antara telur dan gabah. Pada lapisan dasar terlebih dahulu dimasukan gabah setinggi telur, selanjutnya dimasukan telur dengan posis telentang, dan terakhir dilapisi dengan kain atau kertas semen. 

Lapisan kedua (II) kembali masukan gabah, menyusul telur dan terakhir gabah lagi. Begitulah seterusnya sampai keranjang itu penuh. Pada Lapisan akhir (III) keranjang ditutupi dengan kasin atau plastik. (lihat gambar di bawah ini)




Dari samping




Seperti pada penggunaan mesin tetas, pada alat penetasan sekam ini pun telur itik perlu di bolak-balik 2 atau 3 kali sehari. Namun harus diperhatikan, agar pemanasan dan proses penetasan bisa berlangsung merata untuk semua telur itik yang di tetaskan, maka peletakkan atau susunan telur itik  ditukar. Yang tadinya ada di bagian paling atas di taruh pada lapisan bawah dan begitu seharusnya sampai susunan telur itu bertukar semua. (lihat gambar di bawah ini)







Cara Pemindahan Telur Tetas



Pada hari ke empat, telur di bolak-balik kembali, tapi tanpa menggunakan gabah kecuali pada lapisan atas dan bawah (alas). Selanjutnya di hari ketujuh, telur selain diputar-putar arahnya, juga harus diteropong untuk melihat ada tidakknya pembuahan dalam telur. Yang tidak dibuahi harus dikeluarkan dari alatpenetasan. 

Pada hari ke 11 atau 12 (lima hari setelah penyeleksian) telur sudah di anggap cukup masak. Saat itu telur dapat digunakan sebagai pengganti gabah. Maksudnya jika kita hendak menetaskan telur baru, telur yang sudah masak dapat digunakan sebagai sumber panas , jadi tidak membutuhkan gabah lagi. Caranya, telur lama dan telur baru letaknya berselang-seling.

Empat hari setelah telur masak, telur yang lama sudah dapat di ambil. Lalu diletakan di atas para-para yang beralaskan gabah setebal 10 cm dengan penutup dari karung atau kain. Saat itu pun telur dibolak-balik, dengan Interval yang lebih sering , yaitu 6 kali sehari. Untuk memudahkan pembalikan , maka satu baris dari ujung para-para di kosongkan. Dengan menyentuh ujung telur saja, maka telur itu akan bergulung membalik.
Di hari ke 28 atau 30 (hari ke 12 di para-para), telur-telur ini akan menetas secara bertahap . Setelah itu di pindahkan ke kandang dengan kapasitas 25 ekor per meter persegi.

Suhu dan Kelembaban Terkontrol, Ayam Nyaman

Selain kualitas pakan, air minum dan udara, peternak juga perlu memperhatikan suhu dan juga kelembaban pada saat brooding. Tujuannya tentu agar si ayam nyaman sehingga produktivitasnya optimal.
Sistem Thermoregulatori Ayam
Disebut juga sistem pengaturan suhu tubuh, dimana pada ayam bersifat homeotermik atau suhu tubuh ayam relatif stabil pada kisaran tertentu yaitu 40-41oC. Namun saat berumur 0-5 hari, ayam masih belum bisa mengatur suhu tubuhnya sendiri. Ayam baru bisa mengatur suhu tubuhnya secara optimal sejak umur 2 minggu. Oleh karena itu, peranbrooder (pemanas) sangatpenting untuk menjaga suhu kandang tetap dalam zona nyaman ayam (Tabel 1).

Tabel 1. Suhu dan Kelembaban Udara yang Nyaman Bagi Ayam

Sumber : Ross Manual Management, 2009 dan ISA Brown Manual Management (2007)
Selain suhu, kelembaban udara (kadar air terikat di dalam udara) juga perlu diperhatikan karena kelembaban akan mempengaruhi suhu yang dirasakan ayam. Hal ini disebabkan pengeluaran panas tubuh ayam dilakukan melaluipanting.
Keterkaitan antara keduanya terhadap suhu yang dirasakan anak ayam tampak dalam Tabel 2. Dimana semakin tinggi kelembaban, suhu efektif yang dirasakan ayam juga semakin tinggi. Sebaliknya, ayam akan merasakan suhu yang lebih dingin dibanding suhu lingkungan ketika kelembaban rendah.
Tabel 2. Pengaruh Kelembaban terhadap Suhu yang Dirasakan Ayam

Sumber : Ross Manual Management (2009)
Pengaruh terhadap Produktivitas
Saat suhu dan kelembaban udara tidak nyaman, ayam akan merespon dengan berbagai cara diantaranya :
1. Saat suhu terlalu dingin
Saat suhu terlalu dingin, otak akan merespon dengan meningkatkan metabolisme untuk menghasilkan panas. Dibandingkan ayam dewasa, efek suhu dingin lebih terlihat pada masa brooding ketikasistem thermoregulatori belum optimal.
Suhu yang dingin bisa disebabkan suhu brooding yang terlalu rendah, litter dingin atau basah maupun air minum yang terlalu dingin. Peternak dapat menganalisa penyebab suhu dingin dari tingkah laku anak ayam. Ayam yang berkerumun di bawah brooder, bisa dikarenakan suhu brooder terlalu dingin. Litter yang dingin atau basah juga bisa menampakkan gejala demikian, ditambah dengan perilaku ayam yang diam, meringkuk dan kondisi kaki yang basah. Toni Unandar (konsultan perunggasan), yang mengambil dari beberapa sumber menyebutkan, jika ayam nyaman dengan suhu kandang maka dalam tempo 15 detik setelah ditebar, DOC akan melakukan aktivitas biologis lanjutan seperti bergerak, makan atau minum.

Ayam berkerumun di bawah brooder menandakan suhu yang terlalu dingin
(Sumber : Anonimous)
2. Saat suhu terlalu panas
Kasus heat stress lebih sering terjadi pada ayam dewasa karena lebih banyak menghasilkan panas sehingga lebih mudah stres. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa mekanisme pengeluaran panas pada ayam adalah panting. Mekanisme ini biasanya menjadi jalan terakhir yang dipilih ayam. Sebelumnya ayam akan melakukan perluasan area permukaan tubuh (melebarkan/menggantungkan sayap) dan melakukan peripheral vasodilatation (meningkatkan aliran darah perifer terutama di jengger, pial dan kaki).
Saat panas, konsumsi pakan akan menurun sedangkan air minum justru meningkat, sehingga terkadang terjadi feses encer serta penurunan produktivitas akibat asupan nutrisi tidak terpenuhi dan gangguan metabolisme tubuh. Kematian juga sering ditemukan terutama jika panting sudah tidak mampu menurunkan suhu tubuh secara optimal.
Manajemen Suhu dan Kelembaban
Beberapa modifikasi yang bisa dilakukan agar ayam nyaman, yaitu :
1. Membuat database suhu dan kelembaban di kandang kita
Bahasa mudahnya, pencatatan mengenai suhu dan kelembaban di kandang baik pagi, siang, sore, malam maupun dini hari. Termasuk pula respon ayam saat pencatatan, apakah ada yang panting. Dari sini akan terlihat rangkuman rentang suhu dan kelembaban ideal dimana tidak terjadi panting. Jadi ketika suhu atau kelembaban melebihi rentang ideal tersebut, peternak dapat segera bertindak.
Dalam satu kandang, minimal ada 3-5 titik untuk mengukur suhu dan kelembaban yaitu bagian depan, tengah, belakang, atas (dekat genting) dan lantai kandang. Agar lebih mudah dan cepat dalam pengamatan tempatkanThermohygrometer di tiap kandang. Untuk kandang brooder, gantungkan sebuah Thermohygrometer di chick guardsedangkan untuk kandang postal tanpa brooder, Thermohygrometer ditempatkan di bagian tengah kandang dengan ketinggian 40-60 cm.

Gunakan Thermohygrometer untuk mendeteksi suhu dan kelembaban secara akurat dan cepat
(Sumber : Dok. Medion)
2. Pengaturan kepadatan
Kandang yang terlalu padat akan meningkatkan suhu kandang. Lakukan pengaturan kepadatan maupun memperluas kandang.
3. Pemberian vitamin dan elektrolit
Vitamin C dan E akan membantu menekan efek heat stres maupun cold stress. Elektrolit akan menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh ayam. Vita Stress dapat menjadi solusi yang menyediakan keduanya.
4. Manajemen buka tutup tirai
Sistem ventilasi yang baik, sangat efektif untuk menurunkan suhu dalam kandang. Buka tirai kandang saat suhu meningkat. Saat angin bertiup kencang atau suhu turun, tirai kandang dapat diturunkan, dengan syarat bagian atas tirai tetap dibuka selebar 20-30 cm agar sirkulasi udara tetap terjaga.
5. Penambahan kipas
Kandang yang terlalu lebar serta padat ataupun daerah peternakan yang memiliki kecepatan angin kurang, dianjurkan menambahkan kipas. Kipas dapat dipasang di tengah, ujung maupun samping kandang. Kecepatan kipas mengeluarkan udara juga perlu disesuaikan. Untuk ayam dewasa, dianjurkan tidak lebih dari 2,5 m/detik sedangkan untuk masa brooding, tidak lebih dari 0,3-0,6 m/detik. Perlu diperhatikan pula bahwa angin jangan langsung mengenai tubuh ayam (minimal dipasang 20-30 cm dari lantai).
6. Sistem hujan atau kabut buatan
Sistem hujan buatan dilakukan di luar kandang sedangkan kabut buatan dilakukan di dalam kandang. Fungsinya sama-sama untuk menurunkan suhu saat cuaca mulai terasa panas, sekitar jam 10.00-14.00. Jika dinyalakan saat sudah panas (11.30-12.30), akan menyebabkan perubahan suhu yang tinggi sehingga ayam bisa semakin stres.
7. Modifikasi konstruksi kandang
Bila memiliki dana berlebih, kami anjurkan untuk merekonstruksi kandang. Idealnya ketinggian kandang 1,5-2 meter dengan jarak antar kandang ialah 1 x lebar kandang. Atap dari genting dianjurkan karena dapat menahan panas sehingga kandang lebih dingin.
8. Closed house
Bila mempunyai dana berlebih, Anda juga bisa membangun closed house sebagai solusi pamungkas meski investasinya juga relatif besar.

Kamis, 07 Juni 2012

Biosekuritas Pada Peternakan Broiler

BIOSEKURITAS PADA PETERNAKAN BROILER

 Pencegahan penyakit pada ayam sangatlah tergantung kepada program  manajemen  yang komprehensif meliputi dan merangkai seluruh kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan secara berurutan serta terus menerus.
Strategi pencegahan infeksi berbasis kepada pengadaan bibit ayam yang bebas dari penyakit  dan vaksinasi pada galur induk dan turunannya serta tingkat biosekuritas yanga tepat , merupakan bagian dari pencegahan penyakit yang sangat penting pada suatu peternakan yang menginginkan tidak hanya peningkatan produktifitas peternakan tersebut, tetapi juga peningkatan kwalitas produk yang dihasilkan dan menjamin keamanan sumber hayati bagi konsumennya.
Tulisan ini mencoba mengulas sedikit tentang biosekuritas pada peternakan broiler, barangkali diuraikan dari sisi pandang yang ideal namun keterbatasan keterbatasan dalam implementasinya diserahkan sepenuhnya kepada peternak untuk disikapi secara arif dan bijaksana.

PENGERTIAN BIOSEKURITAS :
Biosekuritas merupakan konsep sebagai bagian integral dari suksesnya sistim produksi suatu farm unggas, dalam mengurangi resiko dan konsekwensi dari masuknya penyakit baik infeksious maupun non infeksious (Sudarisman, 2000)

Menurut Phil te Winkel (1997), Biosekuritas berarti suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis maupun sub-klinis sebagaimana penyakit-penyakit zoonosis yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara keseluruhan dan bagian dari kesejahteraan hewan (animal welfare).
Secara praktek di lapangan (Operasional), maka biosesekuritas  adalah semua praktek-praktek manajemen  yang diberlakukan untuk mencegah penyakit dan organisme penyebab penyakit pada ayam  yang akan masuk ke kelompok ayam di peternakan. Jadi pengertian ini lebih kepada sistem pencegahan masalah daripada pemecahan masalah.
Komponen biosekuritas termasuk didalamnya adalah manajemen dan program penentuan tata letak suatu farm, dekontaminasi, kontrol hewan liar serta vaksinasi. Secara keseluruhannya akan berdampak pada tingkat produksi dan kwalitas serta keuntungan finansial suatu usaha farming unggas.
Secara hierarkis, biosekuritas dapat dibagi kedalam tiga tingkatan yang masing- masing berpengaruh  terhadap biaya dan keefektifan seluruh program yaitu :
  1. Biosekuritas Konseptual : Tingkat pertama merupakan basis dari seluruh program pencegahan penyakit. Hal ini meliputi pemilihan lokasi, pemisahan jenis dan umur unggas, mengurangi tingkat kepadatan ternak dan pengurangan kontak dengan unggas/ binatang liar lainnya. Menghindari Lokasi yang dekat dengan jalan umum maupun fasilitas yang berkaitan dengan farm ( pergudangan, kantor dan lain lain) serta fasilitas prosesing serta kegiatan ekonomis seperti rumah potong ayam dan pasar. Ketentuan ini berhubungan dengan upaya pengendalian dan akan mempengaruhi aktifitas aktifitas lainnya yang berkaitan dengan pencegahan penyakit. Kegagalan pada tingkat ini tidak dapat segera diubah dalam menghadapi munculnya penyakit baru dan berdampak pada kerugian yang besar bahkan kegagalan usaha.
  2. Biosekuritas Struktural  :Tingkat kedua yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan tata letak peternakan, pemisahan secara jelas batas-batas sanitasi farm/pagar, saluran pembuangan limbah, jalan alternatif, perangkat dekontaminasi/ sanitasi ,instalasi penyimpanan pakan/gudang. Ruang penimpanan peralatan dalam kandang . Biosekurutas pada tingkat ini dapat diperbaiki atau ditingkatkan sesuai dengan nilai investasinya dan objectivitas farm.
  3. Biosekuritas Operasional : Tingkat ketiga yang merupakan implementasi prosedur-prosedur manajemen untuk pencegahan kejadian dan penyabaran infeksi di dalam peternakan. Kegiatan ini dapat disesuaikan dengan timbulnya penyakit mendadak. Peninjauan ulang prosedurnya sesuai kaidah dalam total quality management serta partisipasi lapisan manajemen serta pemantauan status kekebalan ternak terhadap suatu penyakit akan sangat menunjang biosekuritas tingkat ketiga ini.


FAKTOR PENUNJANG  KEBERHASILAN BIOSEKURITAS
Kesuksesan sistim biosekuritas dipengaruhi oleh adanya:
  1. Ketiadaan penyakit tertentu di dalam Farm
  2. Jaminan akan tiadanya resiko bagi konsumen melalui persyaratan produk yang dihasilkan
  3. Tiadanya resiko bagi pelaku bisnis melalui persyaratan lingkungan hidup yang nyaman dan sehat bagi ternaknya.
  4. Persyaratan bagi lingkungan Farm dan masyarakat.
  5. Jaminan bagi tiadanya resiko bagi operator/ karyawan ( Penyakit-penyakit zoonosis).

APA SAJA YANG PERLU DIJABARKAN  MENGENAI BIOSEKURITAS FISIK PETERNAKAN AYAM :
  • Suatu peternakan ayam, harus memenuhi kriteria lokasi farm yang ideal untuk menghindari penyebaran penyakit baik melalui udara, kontak lalu lintas (jarak antar farm, jalan dan lain-lain)
  • Rancang bangun kandang dan bangunan lain, memungkinkan kandang tidak mudah disusupi binatang liar serta mudah dicuci dan didesinfeksi.
  • Kebijakan manajemen akan Satu Unit- Satu Farm atau sistim all in-all out.
  • Adanya pemisahan dan batas yang jelas mengenai daerah sanitasi kotor dengan atau daerah sanitasi semi bersih atau bersih.Dengan demikian akan selalu ada kontrol lalu lintas baik barang, bahan maupun manusia.
  • Fam  didisain juga mengenai dekontaminasi  baik ruang sanitasi manusia dan barang, sistim pembuangan limbah baik padatan berupa ayam mati, bekas litter maupun cairan berupa bekas netralisasi desinfektan dan lain-lain.


REKOMENDASI SPESIFIK MENGENAI BIOSEKURITAS (OPERASIONAL)

BIOSEKURITAS LALU-LINTAS TERHADAP ORANG DAN BARANG :
  • Karyawan atau orang yang terlibat di bisnis ayam tidak diperbolehkan memelihara burung atau ayam di rumahnya.Masalah ini sering diabaikan dipeternakan kita.
  • Orang yang akan masuk kedalam peternakan, sebelumnya tidak mengunjungi peternakan lain seperti peternakan layer komersial atau prosesing /rumah potong unggas. Sangat mudah dipahami hal ini karena bahaya kontaminasi fisik dari orang atau peralatan yang dibawanya tersebut.
  • Orang yang memasuki lokasi peternakan  diharuskan mengikuti persyaratan sanitasi peternakan yaitu : desinfeksi spray, mandi (jika disediakan fasilitasnya), mengganti baju dan alas kaki khusus. Hal ini berlaku juga untuk sanitasi bagi barang (desinfeksi atau desinfeksi dengan ultra violet).
  • Jika memungkinkan peralatan yang tidak berkaitan kerja di peternakan, sebaiknya tidak dibawa, seperti telepon genggam , tas dan lain-lain.


BIOSEKURITAS TERHADAP PAKAN  :
Walaupun Pada peternakan broiler, ketersediaan pakan lebih banyak bergantung kepada pabrikan, Sehingga jika terjadi kesalahan nutrisi,kwalitas, maupun cemarannya peternak berada pada sisi yang lebih lemah, namun pabrik pakan harus mempunyai tanggungjawab moral dalam mengikuti Program yang ketat mengenai pencegahan penyakit selama proses produksi dan transportasinya. Karena pakan merupakan bahan yang memungkinkan masuknya agen patogen serta toxin (Salmonellosis, EDS, Dioxin, Aflatoksin dan lain-lain).

Untuk itu pabrik diharuskan mengikuti prosedur sebagai berikut :
  1. Menghilangkan atau mengurangi dampak dari resiko terjadinya kesalahan formulasi pakan (seperti misalnya kelebihan garam dan lain-lain).
  2. Melakukan pengawasan atas kwalitas bahan baku secara teratur, seperti kadar air, kadar aflatoksin, uji ketengikan, sampling terhadap kandungan mikrobiologi.
  3. Sesuai dengan permintaan konsumen untuk diberikan imbuhan tertentu sebagai pencegahan salmonellosis  serta perlakuan tertentu seperti :
  • Perlakuan pemanasan (Heat treatment (65-90 oC).
  • Crumbelling/pelleting.
  • Pemakaian Organic Acid (As.Propionat,as.format,dan lain-lain).
  1. Untuk pencegahan Jamur atau toxin disarankan pemberian Toxin binder
  2. Sanitasi Truk pengangkut pakan, baik sebelum berangkat, maupun setibanya di peternakan konsumen.


BIOSEKURITAS TERHADAP AIR MINUM

Air merupakan sumber penularan penyakit yang utama selain penularan melalui pakan dan udara. Sebagai sumber penular penyakit, maka air potensi dalam:
 Penularan penyakit bakterial seperti Salmonellosis, kolibasillosis dll,  Sebagai sumber penularan penyakit Jamur seperti Aspergillosis. Sebagai sumber penularan penyakit viral seperti Egg Drop Syndrome (EDS). Oleh karena itu perlu monitoring untuk program biosekuritas air yaitu :
  • Perlu pemeriksaan kwalitas air minimal sekali dalam setahun (meliputi pemeriksaan kimiawi dan bakteriologis).
  • Pemeriksaan secara kultur paling tidak sebulan sekali untuk menguji tingkat higienitas air minum ayam  (kwalitatif dan kwantitatif ). Pengujian yang berurut dari hulu sampai hilir diperlukan untuk mengetahui tingkat sanitasinya.
  • Sanitasi air minum ayam diperlukan tergantung dari tingkat pencemarannya. Pada umumnya orang memakai program klorinasi untuk maksud tersebut, tetapi sekarang banyak terdapat produk komersial lain seperti pemberian asam organik .Agar memperoleh manfaat dan pengawasan yang lebih baik disarankan memonitor ukuran pemberian bahan tersebut dengan peralatan yang memadai agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti resistensi kuman.

BIOSEKURITAS BINATANG LIAR/ PENGGANGGU :
Adanya binatang liar dan serangga merupakan agen penular penyakit baik secara horizontal maupun vertikal. Binatang-binatang itu menjadi induk semang bagi banyak penyakit (Fungsi reservoir), baik sebagai induk semang antara maupun definitif. Tikus dan kumbang diketahui merupakan reservoir dan faktor resiko terhadap kontrol salmonellosis. Sedang serangga diketahui menjadi transmiter terhadap penyakit-penyakit seperti : Fowl Pox, Marek’s, Cacing gelang dan pita, dan lain-lain. Burung sering menjadi biang keladi bagi penyebaran penyakit seperti ND, IB, Psitakosis, dan lain-lain.



Oleh karena itu biosekuritas terhadap binatang tersebut meliputi :
  •  Kebersihan halaman dan teras kandang serta  pemotongan rumput yang teratur. Jika diperlukan pinggir kandang selebar 2 m dibeton untuk lebih memudahkan dalam memonitor binatang tersebut.
  •  Konstruksi kandang dan ruang penyimpan pakan  tidak memungkinkan binatang-binatang secara leluasa dapat memasuki kandangatau ruangan  tersebut seperti, tikus, burung, kumbang dan lain-lain.
  •  Adanya program kontrol bagi  binatang pengerat secara berkesinambungan. Misalnya terdapatnya kotak pengumpan (Baiting Box) dipinggir kandang dengan selang 15 -20 m. Umpan tikus perlu dimonitor setiap 5 hari sekali dengan jenis umpan yang paling disukai oleh tikus.
  • Kebersihan penyimpanan pakan/gudang sehingga tidak mengundang binatang dan burung serta lalat .
  • Penyingkiran limbah kotoran ayam, sekam basah sesegera mungkin dari dalam atau pinggir kandang agar tidak menjadi tempat berbiak bagi telur lalat (Breeding place) atau sumber infeksi penyakit lain.
  •  Pemberian obat insektisida  anti lalat dan larva maupun pupa pada musim lalat (musim buah dan lain-lain).
  • Pengendalian dan pemberantasan nyamuk dan mrutu di sekitar areal perkandangan sebagai bagian dari Program pengendalian dan pemberantasan vektor penyakit seperti Leucositozoonosis, Cacar Ayam dan sebagainya.
  •  Pengendalian Ektoparasit pada ayam dengan obat-insektisida yang tidak berbahaya bagi ayam.


PROGRAM PENCUCIAN DAN DESINFEKSI KANDANG

TUJUAN :
  1.  Menghilangkan produk-produk residu dari flock sebelumnya.
  2. Menghilangkan dan mengusir binatang atau serangga dan kutu pengganggu seperti tikus, kumbang sekam (Franky), tungau dan lain-lain.
  3. Untuk menjamin kandang agar tidak mengandung agen patogen yang dapat mempengaruhi status kesehatan dan penampilan anak ayam selanjutnya.

TAHAP – TAHAP PEKERJAAN PENCUCIAN DAN DESINFEKSI  KANDANG :

  1. Segera setelah ayam diafkir, semprot semua permukaan kandang dengan insektisida yang efektif terhadap serangga sebelum serangga/ kutu, kumbang sekam (Alphatobius spp) bermigrasi ke kayu –kayu atau bahan –bahan yang memungkinkan mereka bersembunyi.
  2. Mengangkat litter / kotoran ayam keluar kandang.
  3. Kontrol binatang pengerat dengan bahan yang dianjurkan. Ketiadaan pakan ayam setelah ayam diafkir memberikan dampak kontrol dengan rodentisida makin efektif.
  4. Semua peralatan elektronik di dalam kandang dilepaskan dan disimpan.
  5. Pindahkan peralatan- peralatan kandang seperti  tempat minum, tempat pakan, sarang bertelur dan dicuci diluar.
  6. Seluruh permukaan kandang direndam/ dibasahi dengan air yang dicampuri detergen dan dibiarkan selama beberapa jam untuk kemudian dibilas dengan air biasa. Pencucian kandang dengan air biasa mulai dari atap kandang kemudian berangsur ke dinding, kayu-kayu dan kemudian paling akhir adalah lantai.
  7. Tangki air dan saluran pipa air minum juga direndam dengan bahan-bahan asam organik atau desinfektan khusus untuk air selama beberapa hari agar residu yang ada di saluran air tersebut dapat diluruhkan.
  8. Bagian luar kandang seperti teras , saluran air, kawat, atap dan halaman juga mengalami perlakuan yang sama.
  9. Jika pencucian ini telah selesai, perbaikan kandang pada bagian-bagian yang rusak dapat dilakukan.
  10. Desinfeksi Pertama dapat dilakukan terutama dengan menggunakan desinfektan yang kuat dan dapat terlarut air seperti contohnya senyawa phenol.
  11. Monitoring higienis berdasarkan total bacterial count dapat dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pencucian dan desinfeksi sebelumnya (Jika peternakan terhubung dengan Lab Diagnostik untuk Unggas).
  12. Litter baru (Biasanya sekam) dan peralatan kandang untuk penerimaan DOC dapat dipasang dan ditebar di dalam kandang.

  1. Desinfeksi kedua dapat dilakukan setelah tahap pekerjaan diatas selesai.
  • Jika fumigasi dengan gas campuran formalin dan PK dipakai maka ukuran triple dosis yaitu per m3 ruangan adalah sebagai berikut :
a)   KmnO4 (Kalium Permanganat  = 20 gram
b)   Formalin 38 %                       = 40 ml.

  • Jika formalin dipakai sebagai desinfektan cair perlu dibuat larutan 5 -10 % untuk dapat disemprotkan ke seluruh permukaan (dan sekam). Operator harus memakai masker gas untuk keselamatan bekerja.
  • Dapat dicampurkan pemberian insektisida untuk tungau dan kutu.
  1.  Terkadang butir 12 dapat diaplikasi setelah perlakuan butir 14. Bila monitoring menunjukkan hasil tidak memuaskan, maka desinfeksi ketiga dapat dilakukan (Biasanya bahan desinfektan adalah berbahan: BHC atau Amonium Kwartener ) .
  2. Jarak perlakuan desinfeksi terakhir sebaiknya adalah 1 minggu sebelum anak ayam tiba di kandang.
  3. Pemakaian desinfektan,insektisida,detergen atau asam organik harus mematuhi aturan dari pabrik pembuatnya.


KETERBATASAN IMPLEMENTASI BIOSEKURITAS :

  1. Keterbatasan Teknis :
  • v  Kurangnya pengetahuan dan teknologi pelaku lapangan.
  • v  Kurangnya disiplin dalam penegakan biosekuritas farm.
  • v  Kurangnya kontrol  baik kontrol dan supervisi bagi operator karyawan di lapangan maupun kontrol terhadap masalah eksternal seperti pengawasan dan pengendalian konflik dengan masyarakat sekitar. Perlu dipahami bahwa aturan biosekuritas, utamanya terhadap lalu-lintas manusia haruslah tidak pandang bulu. Aturan sanitasi yang dijalankan untuk karyawan, haruslah sama dengan aturan yang dijalani oleh manajemen puncak atau owner sekalipun.
  •  
  • Dua hal  pertama diatas sesungguhnya terkait dengan faktor manusiawi, oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan dan atau pelatihan baik ex-situ maupun in-situ sangat mendukung dalam mengurangi tingkat keterbatasan ini serta adanya pendidikan yang baik akan melahirkan pemahaman dan penghayatan terhadap arti biosekuritas. Sedangkan penegakan disiplin pada tingkat tertentu dapat memberikan dan mendorong sikap mental dan moralitas yang lebih baik.
  • Keterbatasan Finansial.
Dalam manajemen bisnis, faktor finansial sering menjadi kendala bagi pengadaan suatu fasilitas. Oleh karena itu perhitungan akutansi yang cermat mengenai dampak ekonomis dari penyelenggaraan sistim biosekuritas di farm dapat dipresentasikan apakah implementasinya sebagian atau secara lengkap dapat diterapkan untuk farm tersebut.
  
Demikian tulisan ini, mudah-mudahan ada manfaatnya.

Sukabumi 8 Mei-2012

Ismuji K. Hadi


DAFTAR PUSTAKA :

  1. Hofstad, M.S. et all. 1978. Diseases Of Poultry. 7 th edition.
  2. Shane, M. Simon, Dr. 1993. Prevention And Control Of Infectious Bursal Disease In Asian Countries. Technical Bulletin ASA. Vol. PO 9.1993.
  3. Sudarisman Dr. 2000, Biosekuritas  Dan Program Vaksinasi. Dalam : Kumpulan Makalah Poultry Refresher Course .Tanpa penerbit.
  4. Tahseen, Abdul-Aziz, A. 1998. Field investigation of poultry diseases step by step. World Poultry – Elsevier. Vol.14. No. 7 ’98
  5. USDA, Animal and Plant Health Inspection Service. 2000. National Poultry Improvement Plan and Auxiliary Provisions. Tanpa Penerbit.
  6. Winkel, Phil te,1997.Biosecurity In Poultry Production;Where Are We And Where Do We Go?Dalam: 11th International Congress of the World Veterinary Poultry Association Abstracts. Tanpa Penerbit.