Kamis, 07 Juni 2012

Biosekuritas Pada Peternakan Broiler

BIOSEKURITAS PADA PETERNAKAN BROILER

 Pencegahan penyakit pada ayam sangatlah tergantung kepada program  manajemen  yang komprehensif meliputi dan merangkai seluruh kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan secara berurutan serta terus menerus.
Strategi pencegahan infeksi berbasis kepada pengadaan bibit ayam yang bebas dari penyakit  dan vaksinasi pada galur induk dan turunannya serta tingkat biosekuritas yanga tepat , merupakan bagian dari pencegahan penyakit yang sangat penting pada suatu peternakan yang menginginkan tidak hanya peningkatan produktifitas peternakan tersebut, tetapi juga peningkatan kwalitas produk yang dihasilkan dan menjamin keamanan sumber hayati bagi konsumennya.
Tulisan ini mencoba mengulas sedikit tentang biosekuritas pada peternakan broiler, barangkali diuraikan dari sisi pandang yang ideal namun keterbatasan keterbatasan dalam implementasinya diserahkan sepenuhnya kepada peternak untuk disikapi secara arif dan bijaksana.

PENGERTIAN BIOSEKURITAS :
Biosekuritas merupakan konsep sebagai bagian integral dari suksesnya sistim produksi suatu farm unggas, dalam mengurangi resiko dan konsekwensi dari masuknya penyakit baik infeksious maupun non infeksious (Sudarisman, 2000)

Menurut Phil te Winkel (1997), Biosekuritas berarti suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis maupun sub-klinis sebagaimana penyakit-penyakit zoonosis yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara keseluruhan dan bagian dari kesejahteraan hewan (animal welfare).
Secara praktek di lapangan (Operasional), maka biosesekuritas  adalah semua praktek-praktek manajemen  yang diberlakukan untuk mencegah penyakit dan organisme penyebab penyakit pada ayam  yang akan masuk ke kelompok ayam di peternakan. Jadi pengertian ini lebih kepada sistem pencegahan masalah daripada pemecahan masalah.
Komponen biosekuritas termasuk didalamnya adalah manajemen dan program penentuan tata letak suatu farm, dekontaminasi, kontrol hewan liar serta vaksinasi. Secara keseluruhannya akan berdampak pada tingkat produksi dan kwalitas serta keuntungan finansial suatu usaha farming unggas.
Secara hierarkis, biosekuritas dapat dibagi kedalam tiga tingkatan yang masing- masing berpengaruh  terhadap biaya dan keefektifan seluruh program yaitu :
  1. Biosekuritas Konseptual : Tingkat pertama merupakan basis dari seluruh program pencegahan penyakit. Hal ini meliputi pemilihan lokasi, pemisahan jenis dan umur unggas, mengurangi tingkat kepadatan ternak dan pengurangan kontak dengan unggas/ binatang liar lainnya. Menghindari Lokasi yang dekat dengan jalan umum maupun fasilitas yang berkaitan dengan farm ( pergudangan, kantor dan lain lain) serta fasilitas prosesing serta kegiatan ekonomis seperti rumah potong ayam dan pasar. Ketentuan ini berhubungan dengan upaya pengendalian dan akan mempengaruhi aktifitas aktifitas lainnya yang berkaitan dengan pencegahan penyakit. Kegagalan pada tingkat ini tidak dapat segera diubah dalam menghadapi munculnya penyakit baru dan berdampak pada kerugian yang besar bahkan kegagalan usaha.
  2. Biosekuritas Struktural  :Tingkat kedua yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan tata letak peternakan, pemisahan secara jelas batas-batas sanitasi farm/pagar, saluran pembuangan limbah, jalan alternatif, perangkat dekontaminasi/ sanitasi ,instalasi penyimpanan pakan/gudang. Ruang penimpanan peralatan dalam kandang . Biosekurutas pada tingkat ini dapat diperbaiki atau ditingkatkan sesuai dengan nilai investasinya dan objectivitas farm.
  3. Biosekuritas Operasional : Tingkat ketiga yang merupakan implementasi prosedur-prosedur manajemen untuk pencegahan kejadian dan penyabaran infeksi di dalam peternakan. Kegiatan ini dapat disesuaikan dengan timbulnya penyakit mendadak. Peninjauan ulang prosedurnya sesuai kaidah dalam total quality management serta partisipasi lapisan manajemen serta pemantauan status kekebalan ternak terhadap suatu penyakit akan sangat menunjang biosekuritas tingkat ketiga ini.


FAKTOR PENUNJANG  KEBERHASILAN BIOSEKURITAS
Kesuksesan sistim biosekuritas dipengaruhi oleh adanya:
  1. Ketiadaan penyakit tertentu di dalam Farm
  2. Jaminan akan tiadanya resiko bagi konsumen melalui persyaratan produk yang dihasilkan
  3. Tiadanya resiko bagi pelaku bisnis melalui persyaratan lingkungan hidup yang nyaman dan sehat bagi ternaknya.
  4. Persyaratan bagi lingkungan Farm dan masyarakat.
  5. Jaminan bagi tiadanya resiko bagi operator/ karyawan ( Penyakit-penyakit zoonosis).

APA SAJA YANG PERLU DIJABARKAN  MENGENAI BIOSEKURITAS FISIK PETERNAKAN AYAM :
  • Suatu peternakan ayam, harus memenuhi kriteria lokasi farm yang ideal untuk menghindari penyebaran penyakit baik melalui udara, kontak lalu lintas (jarak antar farm, jalan dan lain-lain)
  • Rancang bangun kandang dan bangunan lain, memungkinkan kandang tidak mudah disusupi binatang liar serta mudah dicuci dan didesinfeksi.
  • Kebijakan manajemen akan Satu Unit- Satu Farm atau sistim all in-all out.
  • Adanya pemisahan dan batas yang jelas mengenai daerah sanitasi kotor dengan atau daerah sanitasi semi bersih atau bersih.Dengan demikian akan selalu ada kontrol lalu lintas baik barang, bahan maupun manusia.
  • Fam  didisain juga mengenai dekontaminasi  baik ruang sanitasi manusia dan barang, sistim pembuangan limbah baik padatan berupa ayam mati, bekas litter maupun cairan berupa bekas netralisasi desinfektan dan lain-lain.


REKOMENDASI SPESIFIK MENGENAI BIOSEKURITAS (OPERASIONAL)

BIOSEKURITAS LALU-LINTAS TERHADAP ORANG DAN BARANG :
  • Karyawan atau orang yang terlibat di bisnis ayam tidak diperbolehkan memelihara burung atau ayam di rumahnya.Masalah ini sering diabaikan dipeternakan kita.
  • Orang yang akan masuk kedalam peternakan, sebelumnya tidak mengunjungi peternakan lain seperti peternakan layer komersial atau prosesing /rumah potong unggas. Sangat mudah dipahami hal ini karena bahaya kontaminasi fisik dari orang atau peralatan yang dibawanya tersebut.
  • Orang yang memasuki lokasi peternakan  diharuskan mengikuti persyaratan sanitasi peternakan yaitu : desinfeksi spray, mandi (jika disediakan fasilitasnya), mengganti baju dan alas kaki khusus. Hal ini berlaku juga untuk sanitasi bagi barang (desinfeksi atau desinfeksi dengan ultra violet).
  • Jika memungkinkan peralatan yang tidak berkaitan kerja di peternakan, sebaiknya tidak dibawa, seperti telepon genggam , tas dan lain-lain.


BIOSEKURITAS TERHADAP PAKAN  :
Walaupun Pada peternakan broiler, ketersediaan pakan lebih banyak bergantung kepada pabrikan, Sehingga jika terjadi kesalahan nutrisi,kwalitas, maupun cemarannya peternak berada pada sisi yang lebih lemah, namun pabrik pakan harus mempunyai tanggungjawab moral dalam mengikuti Program yang ketat mengenai pencegahan penyakit selama proses produksi dan transportasinya. Karena pakan merupakan bahan yang memungkinkan masuknya agen patogen serta toxin (Salmonellosis, EDS, Dioxin, Aflatoksin dan lain-lain).

Untuk itu pabrik diharuskan mengikuti prosedur sebagai berikut :
  1. Menghilangkan atau mengurangi dampak dari resiko terjadinya kesalahan formulasi pakan (seperti misalnya kelebihan garam dan lain-lain).
  2. Melakukan pengawasan atas kwalitas bahan baku secara teratur, seperti kadar air, kadar aflatoksin, uji ketengikan, sampling terhadap kandungan mikrobiologi.
  3. Sesuai dengan permintaan konsumen untuk diberikan imbuhan tertentu sebagai pencegahan salmonellosis  serta perlakuan tertentu seperti :
  • Perlakuan pemanasan (Heat treatment (65-90 oC).
  • Crumbelling/pelleting.
  • Pemakaian Organic Acid (As.Propionat,as.format,dan lain-lain).
  1. Untuk pencegahan Jamur atau toxin disarankan pemberian Toxin binder
  2. Sanitasi Truk pengangkut pakan, baik sebelum berangkat, maupun setibanya di peternakan konsumen.


BIOSEKURITAS TERHADAP AIR MINUM

Air merupakan sumber penularan penyakit yang utama selain penularan melalui pakan dan udara. Sebagai sumber penular penyakit, maka air potensi dalam:
 Penularan penyakit bakterial seperti Salmonellosis, kolibasillosis dll,  Sebagai sumber penularan penyakit Jamur seperti Aspergillosis. Sebagai sumber penularan penyakit viral seperti Egg Drop Syndrome (EDS). Oleh karena itu perlu monitoring untuk program biosekuritas air yaitu :
  • Perlu pemeriksaan kwalitas air minimal sekali dalam setahun (meliputi pemeriksaan kimiawi dan bakteriologis).
  • Pemeriksaan secara kultur paling tidak sebulan sekali untuk menguji tingkat higienitas air minum ayam  (kwalitatif dan kwantitatif ). Pengujian yang berurut dari hulu sampai hilir diperlukan untuk mengetahui tingkat sanitasinya.
  • Sanitasi air minum ayam diperlukan tergantung dari tingkat pencemarannya. Pada umumnya orang memakai program klorinasi untuk maksud tersebut, tetapi sekarang banyak terdapat produk komersial lain seperti pemberian asam organik .Agar memperoleh manfaat dan pengawasan yang lebih baik disarankan memonitor ukuran pemberian bahan tersebut dengan peralatan yang memadai agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti resistensi kuman.

BIOSEKURITAS BINATANG LIAR/ PENGGANGGU :
Adanya binatang liar dan serangga merupakan agen penular penyakit baik secara horizontal maupun vertikal. Binatang-binatang itu menjadi induk semang bagi banyak penyakit (Fungsi reservoir), baik sebagai induk semang antara maupun definitif. Tikus dan kumbang diketahui merupakan reservoir dan faktor resiko terhadap kontrol salmonellosis. Sedang serangga diketahui menjadi transmiter terhadap penyakit-penyakit seperti : Fowl Pox, Marek’s, Cacing gelang dan pita, dan lain-lain. Burung sering menjadi biang keladi bagi penyebaran penyakit seperti ND, IB, Psitakosis, dan lain-lain.



Oleh karena itu biosekuritas terhadap binatang tersebut meliputi :
  •  Kebersihan halaman dan teras kandang serta  pemotongan rumput yang teratur. Jika diperlukan pinggir kandang selebar 2 m dibeton untuk lebih memudahkan dalam memonitor binatang tersebut.
  •  Konstruksi kandang dan ruang penyimpan pakan  tidak memungkinkan binatang-binatang secara leluasa dapat memasuki kandangatau ruangan  tersebut seperti, tikus, burung, kumbang dan lain-lain.
  •  Adanya program kontrol bagi  binatang pengerat secara berkesinambungan. Misalnya terdapatnya kotak pengumpan (Baiting Box) dipinggir kandang dengan selang 15 -20 m. Umpan tikus perlu dimonitor setiap 5 hari sekali dengan jenis umpan yang paling disukai oleh tikus.
  • Kebersihan penyimpanan pakan/gudang sehingga tidak mengundang binatang dan burung serta lalat .
  • Penyingkiran limbah kotoran ayam, sekam basah sesegera mungkin dari dalam atau pinggir kandang agar tidak menjadi tempat berbiak bagi telur lalat (Breeding place) atau sumber infeksi penyakit lain.
  •  Pemberian obat insektisida  anti lalat dan larva maupun pupa pada musim lalat (musim buah dan lain-lain).
  • Pengendalian dan pemberantasan nyamuk dan mrutu di sekitar areal perkandangan sebagai bagian dari Program pengendalian dan pemberantasan vektor penyakit seperti Leucositozoonosis, Cacar Ayam dan sebagainya.
  •  Pengendalian Ektoparasit pada ayam dengan obat-insektisida yang tidak berbahaya bagi ayam.


PROGRAM PENCUCIAN DAN DESINFEKSI KANDANG

TUJUAN :
  1.  Menghilangkan produk-produk residu dari flock sebelumnya.
  2. Menghilangkan dan mengusir binatang atau serangga dan kutu pengganggu seperti tikus, kumbang sekam (Franky), tungau dan lain-lain.
  3. Untuk menjamin kandang agar tidak mengandung agen patogen yang dapat mempengaruhi status kesehatan dan penampilan anak ayam selanjutnya.

TAHAP – TAHAP PEKERJAAN PENCUCIAN DAN DESINFEKSI  KANDANG :

  1. Segera setelah ayam diafkir, semprot semua permukaan kandang dengan insektisida yang efektif terhadap serangga sebelum serangga/ kutu, kumbang sekam (Alphatobius spp) bermigrasi ke kayu –kayu atau bahan –bahan yang memungkinkan mereka bersembunyi.
  2. Mengangkat litter / kotoran ayam keluar kandang.
  3. Kontrol binatang pengerat dengan bahan yang dianjurkan. Ketiadaan pakan ayam setelah ayam diafkir memberikan dampak kontrol dengan rodentisida makin efektif.
  4. Semua peralatan elektronik di dalam kandang dilepaskan dan disimpan.
  5. Pindahkan peralatan- peralatan kandang seperti  tempat minum, tempat pakan, sarang bertelur dan dicuci diluar.
  6. Seluruh permukaan kandang direndam/ dibasahi dengan air yang dicampuri detergen dan dibiarkan selama beberapa jam untuk kemudian dibilas dengan air biasa. Pencucian kandang dengan air biasa mulai dari atap kandang kemudian berangsur ke dinding, kayu-kayu dan kemudian paling akhir adalah lantai.
  7. Tangki air dan saluran pipa air minum juga direndam dengan bahan-bahan asam organik atau desinfektan khusus untuk air selama beberapa hari agar residu yang ada di saluran air tersebut dapat diluruhkan.
  8. Bagian luar kandang seperti teras , saluran air, kawat, atap dan halaman juga mengalami perlakuan yang sama.
  9. Jika pencucian ini telah selesai, perbaikan kandang pada bagian-bagian yang rusak dapat dilakukan.
  10. Desinfeksi Pertama dapat dilakukan terutama dengan menggunakan desinfektan yang kuat dan dapat terlarut air seperti contohnya senyawa phenol.
  11. Monitoring higienis berdasarkan total bacterial count dapat dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas pencucian dan desinfeksi sebelumnya (Jika peternakan terhubung dengan Lab Diagnostik untuk Unggas).
  12. Litter baru (Biasanya sekam) dan peralatan kandang untuk penerimaan DOC dapat dipasang dan ditebar di dalam kandang.

  1. Desinfeksi kedua dapat dilakukan setelah tahap pekerjaan diatas selesai.
  • Jika fumigasi dengan gas campuran formalin dan PK dipakai maka ukuran triple dosis yaitu per m3 ruangan adalah sebagai berikut :
a)   KmnO4 (Kalium Permanganat  = 20 gram
b)   Formalin 38 %                       = 40 ml.

  • Jika formalin dipakai sebagai desinfektan cair perlu dibuat larutan 5 -10 % untuk dapat disemprotkan ke seluruh permukaan (dan sekam). Operator harus memakai masker gas untuk keselamatan bekerja.
  • Dapat dicampurkan pemberian insektisida untuk tungau dan kutu.
  1.  Terkadang butir 12 dapat diaplikasi setelah perlakuan butir 14. Bila monitoring menunjukkan hasil tidak memuaskan, maka desinfeksi ketiga dapat dilakukan (Biasanya bahan desinfektan adalah berbahan: BHC atau Amonium Kwartener ) .
  2. Jarak perlakuan desinfeksi terakhir sebaiknya adalah 1 minggu sebelum anak ayam tiba di kandang.
  3. Pemakaian desinfektan,insektisida,detergen atau asam organik harus mematuhi aturan dari pabrik pembuatnya.


KETERBATASAN IMPLEMENTASI BIOSEKURITAS :

  1. Keterbatasan Teknis :
  • v  Kurangnya pengetahuan dan teknologi pelaku lapangan.
  • v  Kurangnya disiplin dalam penegakan biosekuritas farm.
  • v  Kurangnya kontrol  baik kontrol dan supervisi bagi operator karyawan di lapangan maupun kontrol terhadap masalah eksternal seperti pengawasan dan pengendalian konflik dengan masyarakat sekitar. Perlu dipahami bahwa aturan biosekuritas, utamanya terhadap lalu-lintas manusia haruslah tidak pandang bulu. Aturan sanitasi yang dijalankan untuk karyawan, haruslah sama dengan aturan yang dijalani oleh manajemen puncak atau owner sekalipun.
  •  
  • Dua hal  pertama diatas sesungguhnya terkait dengan faktor manusiawi, oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan dan atau pelatihan baik ex-situ maupun in-situ sangat mendukung dalam mengurangi tingkat keterbatasan ini serta adanya pendidikan yang baik akan melahirkan pemahaman dan penghayatan terhadap arti biosekuritas. Sedangkan penegakan disiplin pada tingkat tertentu dapat memberikan dan mendorong sikap mental dan moralitas yang lebih baik.
  • Keterbatasan Finansial.
Dalam manajemen bisnis, faktor finansial sering menjadi kendala bagi pengadaan suatu fasilitas. Oleh karena itu perhitungan akutansi yang cermat mengenai dampak ekonomis dari penyelenggaraan sistim biosekuritas di farm dapat dipresentasikan apakah implementasinya sebagian atau secara lengkap dapat diterapkan untuk farm tersebut.
  
Demikian tulisan ini, mudah-mudahan ada manfaatnya.

Sukabumi 8 Mei-2012

Ismuji K. Hadi


DAFTAR PUSTAKA :

  1. Hofstad, M.S. et all. 1978. Diseases Of Poultry. 7 th edition.
  2. Shane, M. Simon, Dr. 1993. Prevention And Control Of Infectious Bursal Disease In Asian Countries. Technical Bulletin ASA. Vol. PO 9.1993.
  3. Sudarisman Dr. 2000, Biosekuritas  Dan Program Vaksinasi. Dalam : Kumpulan Makalah Poultry Refresher Course .Tanpa penerbit.
  4. Tahseen, Abdul-Aziz, A. 1998. Field investigation of poultry diseases step by step. World Poultry – Elsevier. Vol.14. No. 7 ’98
  5. USDA, Animal and Plant Health Inspection Service. 2000. National Poultry Improvement Plan and Auxiliary Provisions. Tanpa Penerbit.
  6. Winkel, Phil te,1997.Biosecurity In Poultry Production;Where Are We And Where Do We Go?Dalam: 11th International Congress of the World Veterinary Poultry Association Abstracts. Tanpa Penerbit.

Selasa, 05 Juni 2012

Tatacara penggemukan itik jantan
Sistem pemeliharaan secara intensif ternak itik dikandangkan dan diberi pakan sesuai kebutuhan gizi yang diperlukan. Lama penggemukan 3 bulan mulai dari anak itik umur sehari sampai itik sudah tumbuh bulu secara lengkap dengan berat badan mencapai 1,6 kg (sesuai permintaan pasar). Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam penggemukkan itik jantan :
1. Pemanasan
  • Itik yang baru menetas belum mempunyai bulu yang sempurna, belum dapat mengatur suhu tubuhnya, perlu dibantu dengan memberikan pemanasan
  • Pemanasan dapat dilakukan dengan lampu minyak tanah/listrik yang diletakan dalam  kandang indukan hingga anak itik merasa hangat
  • Besarnya panas dari cuaca dan lamanya pemanasan tergantung dari cuaca setempat, biasanyapemberian pemanasan 2-3 minggu dengan suhu berkissar 30-32ยบ C pada minggu kedua,  seterusnya suhu semakin menurun seiring bertambahnya bulu
  • Cara untuk mengetahui apakah panas sudah cukup atau tidak adalah dengan melihat tingkah laku itik. Bila itik menyebar menjauh dari sumber panas berarti terlalu panas. Bila itik mengumpul dekat sumber panas, berarti masih terlalu dingin. Bila itik menyebar dengan baik, berarti panas sudah cukup.
2. Luas kandang
Bila luas kandang tidak mencukupi, maka kandang akan becek dan mungkin anak itik akan saling menginjak-injak ukuran luas kandang yang perlu disediakan :
  • Umur 0 – 4 minggu, ukuran kandang untuk 100 ekor adalah 4 m2
  • Umur 4 -8 minggu, ukuran kandang untuk 100 ekor adalah 9 m2
  • Umur lebih dari 8 minggu untuk 100 ekor adalah 16 m2
  • Pemberian alas kandang dari sekam kering atau serbuk gergaji akan sangat membantu
    mempertahankan kekeringan kandang
3. Pakan Itik
Biaya pakan merupakan biaya terbesar dalam usaha penggemukan yaitu mencapai 51,6% dari total biaya produksi. Pembelian pakan harus diusahakan seefisien mungkin tetapi memenuhi gizi dan jumlah pakan yang dibutuhkan ternak itik Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan itik :
a. Bahan pakan
Penggunaan bahan pakan lokal yang murah dan bermutu baik sangat disarankan agar usaha beternak
itik dapat menguntungkan
b. Kebutuhan gizi
  • untuk dapat hidup dan bertumbuh baik, itik memerlukan zat gizi air,protein,energi,mineral dan vitamin.
  • Kebutuhan zat gizi untuk itik jantan energi 2700 Kkal/kg dan protein 17%
  • Untuk kebutuhan vitamin, disarankan agar mengikuti kebutuhan vitamin pada sayuran ras
c. Pakan penggemukan itik jantan
  • Itik umur 1 hr - 1 minggu diberi pakan pabrikan (Poor)untuk ayam pedaging DOC dan khusus anak itik umur 1 hari air minumnya diberi gula (air gula) sampai terasa manis jambu
  • Itik umur 1 – 2 minggu ramuan pakan 50% poor + 50% dedak padi
  • Umur 3 mgg-3 bulan (panen) ramuan pakan 10% jagung giling + 50% dedak padi + 10% menir/gabah +25% keong mas/limbah ikan asin/limbah udang/ikan rucah-rucah/konsentrat + 5% daun kangkung/ganggeng/daun pepaya, dll ditambah dengan vitamin (premik untuk ayam pedaging)sesuai dosis
d. Cara Pemberian pakan
  • Dapat dilakukan dalam bentuk kering atau yang sudah dibasahi
·                              Pemberian pakan dalam bentuk kering dapat merugikan karena banyak tumpah. Pemberian pakan basah bertujuan untuk mengurangi pakan tumpah cepat basi dan berjamur.  
4. Pencegahan penyakit
  • Pencegahan penyakit harus dilakukan sedini mungkin dengan cara menjaga kebersihan lingkungandan kandang serta mencegah masuknya binatang lain kedalam lokasi peternakan. Apabila terjadi penyakit yang dianggap menular segera laporkan kepada ahli atau dinas peternakan
  • Kandang yang habis dikosongkan harus dilakukan pembersihan.
Tatacara menetaskan telur puyuh
Hari ke-1
Perlakuan penetasan telur puyuh pada hari 1:
  • Suhu mesin tetas dijaga stabil pada kisaran 98o - 100o F
  • Posisi telur datar jangan dibolak-balik
  • Lubang ventilasi ditutup rapat
  • Isi air pada bak/nampan tempat air
Hari ke-2
Perlakuan sama seperti hari ke-1
Hari ke-3
Perlakuan sama seperti hari ke-2
Hari ke-4
Perlakuan penetasan telur puyuh pada hari 4:
  • Suhu mesin tetas dijaga stabil pada kisaran 98o - 100o F
  • Posisi telur diputar (jika mesin tetas menggunakan sistem rak putar atau di balik manual jika mesin tetas menggunakan rak biasa) paling sedikit sehari 2 kali pagi dan sore.
  • Cek ketersediaan air di bak/nampan tempat air
  • Lubang ventilasi dibuka 1/2 bagian
Hari ke-5
Perlakuan sama seperti hari ke-4
  • Lakukan Peneropongan telur (Candling) dengan mengambil sampel 10 telur untuk mengetahui dan memastikan bahwa telur-telur yang kita tetaskan ada benihnya (fertile), jika dari 3-5 telur sudah dapat dipastikan fertile maka Insya Allah telur-telur lainnya mayoritas juga demikian.
  • Lubang ventilasi dibuka seluruhnya
Peneropongan (candling)telur puyuh pada hari ke-5
Hari ke-6
Perlakuan sama seperti hari ke-5
  • Cek ketersediaan air di bak/nampan tempat air
Hari ke-7
Perlakuan sama seperti hari ke-6
Hari ke-8
Perlakuan sama seperti hari ke-7
Hari ke-9
Perlakuan sama seperti hari ke-8
  • Cek ketersediaan air di bak/nampan tempat air
Hari ke-10
Perlakuan sama seperti hari ke-9
Hari ke-11
Perlakuan sama seperti hari ke-10
Hari ke-12
Perlakuan sama seperti hari ke-11
Hari ke-13
Perlakuan sama seperti hari ke-12
Hari ke-14
  • Cek ketersediaan air di bak/nampan tempat air
Perlakuan sama seperti hari ke-13
Hari ke-15
Perlakuan sama seperti hari ke-14
Hari ke-16
Perlakuan penetasan telur puyuh pada hari 16:
  • Suhu mesin tetas dijaga stabil pada kisaran 98o - 100o F
  • Posisi telur tidak boleh diputar lagi (dibiarkan sampai proses penetasan selesai).
Hari ke-17
Telur mulai menetas

  
Harap Diperhatikan :
  • Suhu mesin 105o F selama 30 menit dapat mematikan embrio.
  • Suhu mesin 90o F dalam waktu 3 sampai 4 jam akan memeperlambat perkembangan embrio
  • Sebaiknya telur yang ditetaskan tidak lebih dari 10 hari dalam penyimpanan. 
  • 105 F =  (105 - 32 )x 5 : 9 = 40.55555.....  = 40,6 celcius
  • usahakan suhu tidak lebih dari 102 f

Senin, 04 Juni 2012

Analisa kegagalan dalam penetasan telur unggas  Ada beberapa problem dalam penetasan yang sering muncul sehingga menyebabkan penetasan yang dilakukan menjadi ‘gagal’. Dari kegagalan tersebut, semestinya dijadikan sebagai pengalaman berharga dan dicari sumbernya sehingga di waktu-waktu yang akan datang tidak terjadi kegagalan kembali. Berikut kami sebutkan beberapa masalah dalam penetasan berikut analisa kegagalannya. Telur jernih dan infertil Analisa kegagalan : 1. telur tidak terbuahi karena rasio jantan dan betina tidak tepat 2. ransum induk kurang memenuhi syarat 3. pejantan terlalu tua 4. perkawinan preferensial 5. pejantan yang steril 6. embrio mati terlalu awal akibat penyimpanan yang terlalu lama Blood rings (kematian awal dari embrio) Analisa kegagalan : 1. suhu incubator tidak tepat 2. fumigasi tidak benar 3. kekurangan oksigen 4. pemutaran telur kurang banyak atau telur tidak diputar 5. penyimpanan telur terlau lama Kematian tetasan dalam shell Analisa kegagalan : 1. suhu incubator tidak tepat 2. telur tidak dibalik 3. ransum induk tidak memenuhi syarat 4. ventilasi tidak cukup 5. kemungkinan ada penyakit Telur telah mulai retak (pipping) tapi tidak mau menetas Analisa kegagalan : 1. kelembaban kurang 2. kelembaban terlalu tinggi pada tahap awal penetasan 3. ransum induk tidak memenuhi syarat Menetas terlalu cepat/lambat dan menempel Analisa kegagalan : 1. suhu yang terlalu tinggi atau rendah dan kelembaban yang tidak tepat Hasil tetasan lemah Analisa kegagalan : 1. suhu terlalu tinggi 2. bibit kurang bagus Hasil tetasan kecil-kecil Analisa kegagalan : 1. telur tetas juga kecil-kecil 2. kelembaban kurang Hasil tetasan yang tidak menentu Analisa kegagalan : 1. umur telur yang terlalu bervariasi Bentuk yang tidak normal (malformed) Analisa kegagalan : 1. suhu tidak tepat 2. pengaturan telur serta pembalikan telur tidak tepat(www.sentralternak.com.)
Faktor Penentu Penetasan Mesin penetas merupakan alat buatan manusia sebagai duplikat induk buatan. Cara kerja mesin ini sama persis tingkah laku induk betina selama mengerami telurnya. Akan tetapi alat ini mempunyai kelebihan yaitu mampu menetaskan telur dalam jumlah banyak pada saat dan waktu yang bersamaan. Akan tetapi ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus selama proses penetasan berlangsung, diantaranya : 1. Sumber panas Sumber panas dalam mesin harus terbebas dari gangguan selama proses berjalan. Apabila mesin penetas masih menggunakan sumber panas dari minyak tanah maka perlu diusahakan pengontrolan minyak tanah dan nyala apinya. Apabila sudah menggunakan listrik sebagai sumber panas maka perlu cadangan energi seperti diesel, generator atau jen set. 2. Air Air sangat dibutuhkan mesin penetas untuk mengatur kelembapan dalam ruang. Tanpa air, kemungkinan kegagalan menjadi lebih besar. Air memang berhubungan erat dengan daya tetas telur. Oleh karena itu pada saat memasuki periode kritis, air harus selalu tersedia secara maksimal. Karena pada saat periode kritis ruangan sudah tidak di buka lagi sehingga air perlu dipersiapkan ketika akan memasuki periode kritis. 3. Operator Operator adalah orang atau petugas yang melaksanakan atau melayani tugas selama proses penetasan berlangsung. Operator haruslah orang yang terampil, telaten, dan sabar. Seorang operator perlu untuk membuat catatan-catatan selama proses penetasan berlangsung. Hal ini berguna untuk perbandingan setiap dilakukan penetasan dan sebagai bahan perbandingan pada pelaksanaan penetasan selanjutnya. Beberapa hal yang harus dikerjakan selama proses penetasan berlangsung antara lain : pengaturan suhu, pengaturan kelembaban, pengaturan ventilasi, pemutaran telur, peneropongan telur, dan pengamatan periode kritis(www.sentralternak.com.)
Arti Penting Sebuah Thermometer dalam Proses Penetasan Telur www.sentralternak.com, Mungkin dalam benak para pembaca bertanya-tanya mengapa kami menulis artikel dengan tema ini? Sebenarnya seberapa penting peranan thermometer dalam membantu keberhasilan proses penetasan telur? Atau apa akibat pada proses penetasan telur jika thermometer yang digunakan ternyata tidak akurat dalam pengukurannya? Kami menilai itu semua sangat wajar apalagi bagi penetas telur pemula yang belum mempunyai satu pengalaman pun dalam menetaskan telur. Untuk itu perlu kiranya kami sampaikan bahwa yang kami tulis ini adalah berdasarkan realita bukan hal yang mengada-ada. Realita baik dari pengalaman pribadi langsung maupun dari sumber yang bisa dipertanggungjawabkan. Sekedar berbagi pengalaman, pernah suatu kali kami melakukan proses penetasan telur itik (kalau tidak salah), kami menggunakan thermometer yang sudah lama tidak terpakai. Kami beranggapan bahwa thermometer tersebut masih akurat sehingga suhu dalam mesin tetas pun berpedoman pada thermometer tersebut. Apa yang terjadi kemudian? Telur tersebut sampai pada hari ke 31 belum ada yang menetas. Kami pun berusaha mencari tahu apa sebab yang membuat telur sampai tidak menetas. Usut punya usut kami menemukan penyebabnya bahwa thermometer yang kami gunakan suhunya tidak tepat yaitu lebih dari 2°C di bawah suhu normal. Ini kami buktikan ulang pada penetasan berikutnya di mana kami memakai thermometer yang lain dan suhu kami naikkan dan Alhamdulillah ternyata berhasil. Thermometer biasanya dibedakan menjadi dua macam berdasarkan cara kerjanya yaitu thermometer digital dan thermometer manual. Thermometer digital cara kerjanya menggunakan sensor untuk mendeteksi suhu disekitarnya sedangkan thermometer manual biasanya menggunakan cairan air raksa. Ada sebagian orang berpendapat bahwa thermometer air raksa lebih akurat dalam mengukur suhu jika dibandingkan dengan thermometer digital. Alasan mengapa bahan air raksa lebih tinggi keakuratannya adalah sebagai berikut : 1. Raksa dapat menyerap atau mengambil panas dari suhu sesuatu yang diukur 2. Raksa memiliki sifat yang tidak membasahi medium kaca pada termometer 3. Raksa dapat dilihat dengan mudah karena warnanya yang mengkilat 4. Raksa memiliki sifat pemuaian atau memuai yang teratur dari temperatur ke temperatur Mungkin anda bertanya, apa akibat dari pengukuran suhu dengan thermometer yang kurang atau tidak akurat. Berikut kami sampaikan beberapa akibat dari ketidakakuratan thermometer pada proses penetasan telur : 1. Apabila suhu yang ditunjukkan oleh thermometer lebih rendah dari suhu yang sebenarnya. Hal ini akan berakibat pada telur-telur yang kita tetaskan akan lambat menetas dan ada sebagian embrio yang akan menjadi lemas. Temperatur yang sedikit lebih rendah untuk periode waktu yang tidak terlalu lama tidak terlalu mempengaruhi perkembangan embrio kecuali memperlambat perkembangannya untuk embrio muda. Hal yang sedikit berbeda jika hal tersebut terjadi pada embrio yang lebih tua karena pengaruhnya akan sedikit berkurang. Temperatur yang lebih rendah dari yang di syaratkan untuk jangka waktu yang agak lama akan mempengaruhi embrio dalam hal perkembangan organ-organnya yang berkembang tidak secara proporsional. Jika hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan gangguan pada hati, peredaran darah, jantung atau perkembangan yang lambat kalaupun menetas nantinya. 2. Apabila suhu yang ditunjukkan oleh thermometer lebih tinggi dari suhu yang sebenarnya akan menyebabkan dua kemungkinan yaitu embrio bisa mati dan ada sebagian telur yang akan mengalami dehidrasi sehingga DOC yang nantinya akan menetas akan lemah, lesu, dan kurang/tidak bergairah untuk makan. Akibatnya DOC akan mengalami kekerdilan dan tingkat mortalitas (angka kematian) yang tinggi. Embrio ayam yang masih muda sangat mudah terpengaruh oleh temperatur yang tinggi. Pengoperasian mesin tetas dengan temperatur tinggi 43oC selama 30 menit akan mempunyai efek yang mematikan pada embrio ayam. Bila embrio tidak mati maka suhu yang tinggi tersebut dapat menyebabkan masalah pada syaraf, hati, peredaran darah, ginjal, cacat pada kaki, kebutaan dan persoalan lainnya yang menjadikan anak ayam cacat, lemah dan kemudian mati. Untuk menghindari hal tersebut di atas kami menyarankan : 1. Thermometer yang sudah di beli perlu di kaliberasi atau distandarisasi dengan thermometer lain yang lebih akurat seperti thermometer badan yang biasanya selalu ada di setiap rumah (untuk mengukur anggota keluarga jika demam) baik yang digital maupun yang manual atau pada laboratorium terdekat 2. Jangan membeli thermometer yang kurang terpercaya tempatnya seperti anda membeli thermometer di tempat mainan anak seharga Rp 5.000,- 3. Selalu up date keakuratan thermometer anda dengan thermometer lain misalkan thermometer anda di bawa ke apotek untuk di kaliberasi atau kerabat yang mempunyai thermometer yang lebih baru dan akurat tentunya 4. Apabila menggunakan thermometer air raksa maka periksalah air raksa tersebut, kalau ada celah (cairan air raksa tersebut putus) sebaiknya jangan digunakan. Ada hal lain juga yang tidak kalah pentingnya yaitu masalah penempatan thermometer pada mesin tetas, penempatan thermometer dalam mesin tetas tidak asal taruh begitu saja. Penempatan thermometer yang benar adalah penempatan ujung thermometer sejajar dengan puncak telur ketika telur tersebut diletakkan dalam posisi horizontal (tidur) atau kalau telur dalam posisi vertikal (berdiri) maka berjarak seperempat atau setengah inchi. Jangan biarkan ujung pengukur thermometer menyentuh telur karena hal tersebut akan menimbulkan salah baca pada thermometer. Begitu juga kalau kita menggunakan thermometer digital maka jangan sampai sensor menyentuh langsung kulit telur karena akan menimbulkan salah baca juga. Semoga bermanfaat
Tata Cara Penetasan Telur Itik , Banyaknya pertanyaan yang masuk kepada kami tentang tata cara penetasan telur itik. Hal inilah yang menjadi motivasi kami untuk menuliskan tata cara penetasan telur itik walaupun hanya sebatas kemampuan dan pengalaman kami dalam bidang tersebut. Sebenarnya tata cara penetasan telur itik hampir sama dengan tata cara penetasan telur ayam. Perbedaan yang mencolok hanyalah masalah waktu atau lama hari penetasan. Telur itik membutuhkan waktu sekitar 28 hari sedangkan telur ayam hanya butuh waktu sekitar 21 hari.Berikut akan kami sajikan pengetahuan kami perihal tata cara penetasan telur itik meskipun kami bukanlah yang terbaik dalam hal ini. Mudah-mudahan yang kami berikan ini membawa manfaat bagi kita semua. Aamiin.Persiapan telur • Memilih atau menyeleksi telur tetas sesuai dengan kriteria telur tetas yang baik • Telur yang kulitnya terlalu kotor perlu dibersihkan, akan tetapi perlu ke hati-hatian dalam membersihkan kulit telur jangan sampai lapisan kulit ikut hilang • Pisahkan telur retak, kerabang tebal/tipis Persiapan mesin tetas • Fumigasi mesin tetas telah dilakukan satu hari sebelum mesin dipakai meskipun mesin tersebut baru dibeli • Hubungkan mesin tetas dengan catu daya listrik dan tunggu sampai suhu mencapai kestabilan pada suhu 37-38°C. Pemanasan mesin tetas dilakukan minimal 3 jam sebelum telur dimasukkan ke dalam mesin tetas • Cek dengan seksama cara kerja thermostat, pitingan lampu dan yang lainnya • Sediakan cadangan bola lampu (dop) atau lampu templok (minyak tanah) Setelah segala sesuatunya telah siap maka saatlah kita masuk ke tahap proses penetasan telur yang sebenarnya. Adapun urutan kerja selama proses penetasan telur itik adalah sebagai berikut Hari ke-1… Distributor Bibit dan Peralatan Ternak … • Masukkan telur ke dalam mesin tetas dengan posisi miring atau tegak (bagian tumpul di atas). Telur bisa langsung begitu saja dimasukkan ke dalam mesin atau melalui proses prewarming terlebih dahulu yaitu dibilas secra merata dengan air hangat. • Ventilasi ditutup rapat • Kontrol suhu (38°C) Hari ke-2 • Ventilasi dibiarkan tertutup sampai hari ke-3 • Kontrol suhu (38°C) Hari ke-3 • Pembalikan telur harian bisa dimulai pada hari ini atau masuk hari hari ke-4. Disarankan pembalikan telur minimal 3x dalam sehari-semalam (jika memungkinkan dipakai rentang waktu setiap 8 jam. Misalkan pagi pukul 05.00, siang pukul 13.00, dan malam pukul 21.00. • Bersamaan dengan itu bisa dilakukan peneropongan telur kalau sudah memungkinkan karena ketelitian seseorang berbeda-beda. Telur yang berembrio ditandakan dengan bintik hitam seperti mata yang ikut bergoyang ketika telur digerakkan dan disekitarnya ada serabut-serabut kecil. Kalau telur tidak menandakan tersebut dikeluarkan saja dam masih layak untuk dikonsumsi. Peneropongan telur dilaukan ditempat yang gelap argar bayangan telur nampak lebih jelas. • Kontrol suhu (38°C) dan lakukan penambahan air pada bak jika jumlah air dalam bak tersebut berkurang. Hari ke-4 • Pembalikan telur harian sesuai jadwal hari ke-3 • Lubang ventilasi mulai dibuka ¼ bagian • Kontrol suhu (38°C) Hari ke-5 • Pembalikan telur harian • Ventilasi dibuka ½ bagian • Kontrol suhu (38°C) Hari ke-6 • Pembalikan telur harian • Ventilasi dibuka ¾ bagian • Kontrol suhu (38°C) dan lakukan penambahan air pada bak jika jumlah air dalam bak tersebut berkurang. Hari ke-7 • Pembalikan telur harian • Lakukan peneropongan telur untuk mengetahui perkembangan embrio (hidup atau mati). Embrio mati mati ditandakan dengan bercak darah atau lapisan darah pada salah satu sisi kerabang telur sedang embrio yang berkembang serabut yang menyerupai sarang laba-laba semakin jelas • Ventilasi dibuka seluruhnya Hari ke-8 sampai ke-13 • Pembalikan telur harian • Kontrol suhu (38°C) dan lakukan penambahan air pada bak jika jumlah air dalam bak tersebut berkurang. Hari ke-14 • Pembalikan telur harian • Lakukan peneropongan telur untuk mengetahui embrio yang tetap hidup atau sudah mati. Telr fertile membentuk gambaran mulai gelap dengan rongga udara yang terlihat jelas Hari ke 15 sampai ke-20 • Pembalikan telur harian • Kontrol suhu dinaikkan sedikit (38,5-39°C) dan lakukan penambahan air pada bak jika jumlah air dalam bak tersebut berkurang. Hari ke-21 • Pembalikan telur harian • Lakukan peneropongan telur untuk mengetahui embrio yang tetap hidup dan mati. Embrio mati ditandakan dengan bocornya lapisan rongga udara sehingga telur terlihat hitam semua • Kontrol suhu (38,5-39°C) dan tambahkan air ke dalam bak Hari ke-22 sampai ke-25 • Pembalikan telur harian • Kontrol suhu (38,5-39°C) dan tambahkan air ke dalam bak Hari ke-26 sampai ke-27 • Pembalikan telur dihentikan • Kontrol kelembaban, lakukan penyemprotan jika diperlukan (dengan semburan yang paling halus) • Biasanya ada telur yang sudah mulai menetas di malam hari Hari ke-28 • Telur-telur sudah banyak yang menetas • Keluarkan cangkang telur dari rak agar space atau ruangan lebih longgar • Keluarkan anak itik yang baru menetas setelah bulunya setengah kering atau kering seluruhnya • Proses menetas biasanya berlangsung hingga hari ke-29 • Dan setelah semuanya selesai mesin tetas bisa dibersihkan dan difumigasi kembali untuk persiapan proses penetasan berikutnya. Catatan tambahan : hendaklah melakukan pendinginan telur minimal 2 kali sehari karena kalau melihat prilaku unggas yang mengerami telurnya maka dia akan meninggalkan telur untuk berenang beberapa saat kemudian masuk ke tempat pengeraman kembali dan begitu seterusnya dan kalau diperhatikan hal tersebut kadang dilakukan setiap hari. Semoga bermanfaat(www.sentralternak.com.)
Tatacara penetasan telur ayam , Masa pengeraman selama 21 hari merupakan masa yang kritis untuk menentukan menetasnya seekor anak ayam lagi di dunia ini. Embrio di dalam telur ini tumbuh secara luar biasa setiap harinya sampai akhirnya menetas menjadi anak ayam dan menghirup udara dunia. Dengan mengetahui perkembangan embrio semasa pengeraman harapannya adalah hasil yang kita capai nantinya (daya tetas) lebih maksimal dan sesuai harapan. Artikel ini kami salin dari buku yang berjudul “Sukses Menetaskan Telur Ayam” yang disusun oleh tim redaksi agromedia pustaka dengan beberapa tambahan yang diperlukan. Secara garis besar, perkembangan embrio selama 21 hari pengeraman adalah sebagai berikut : Hari ke-1 Sejumlah proses pembentukan sel permulaan mulai terjadi. Sel permulaan untuk system pencernaan mulai terbentuk pada jam ke-18. Pada jam-jam berikutnya, secara berturut-turut sampai dengan jam ke-24, mulai juga terbentuk sel permulaan untuk jaringan otak, sel permulaan untuk jaringan tulang belakang, formasi hubungan antara jaringan otak dan jaringan syaraf, formasi bagian kepala, sel permulaan untuk darah, dan formasi awal syaraf mata. Para penetas yang sudah berpengalaman akan mampu membedakan telur fertile dan telur tidak fertile dihari ke-1 ini. Hari ke-2 Embrio mulai bergeser ke sisi kiri, dan saluran darah mulai terlihat pada bagian kuning telur. Perkembangan sel dari jam ke-25 sampai jam ke -48 secara berurutan adalah pembentukan formasi pembuluh darah halus dan jantung, seluruh jaringan otak mulai terbentuk dan jantung mulai berdetak, jaringan pendengaran mulai terbentuk, selaput cairan mulai terlihat dan mulai juga terbentuk formasi tenggorokan. Hari ke-3 Dimulainya pembentukan formasi hidung , sayap, kaki, dan jaringan pernafasan. Pada masa ini, selaput cairan juga sudah menutup seluruh bagian embrio. Peneropongan telur pada hari ke-3 biasanya sudah terlihat jelas mana telur yang berembrio dan mana telur yang kosong atau embrio mati. Hari ke-4 Sel permulaan untuk lidah mulai terbentuk. Pada masa ini embrio terpisah seluruhnya dari kuning telur dan berputar ke kiri. Sementara itu jaringan saluran pernafasan terlihat mulai menembus selaput cairan. Hari ke-5 Saluran pencernaan dan tembolok mulai terbentuk. Pada masa ini terbentuk pula jaringan reproduksi. Karenanya sudah mulai dapat juga ditentukan jenis kelaminnya. Penetas yang berpengalaman akan memanfaatkan hari ini untuk pemisahan telur sesuai jenis kelamin terutama pada burung puyuh dan itik. Hari ke-6 Pembentukan paruh dimulai. Begitu juga dengan kaki dan sayap. Selain itu, embrio mulai melakukan gerakan-gerakan Hari ke-7, ke-8, dank e-9 Jari kaki dan sayap terlihat mulai terbentuk. Selain itu, perut mulai menonjol karena jeroannya mulai berkembang. Pembentukan bulu juga dimulai. Pada masa-masa ini, embrio sudah seperti burung, dan mulutnya terlihat mulai membuka Hari ke-10 dan ke-11 Paruh mulai mengeras, jari-jari kaki sudah mulai sepenuhnya terpisah, dan pori-pori kulit tubuh mulai tampak Hari ke-12 Jari-jari kaki sudah terbentuk sepenuhnya dan bulu pertama mulai muncul Hari ke-13 dan ke-14 Sisik dan kuku jari kaki mulai terbentuk. Tubuh pun sudah sepenuhnya ditumbuhi bulu. Pada hari ke-14 embrio berputar sehingga kepalanya tepat berada di bagian telur yang tumpul Hari ke-15 Jaringan usus mulai terbentuk di dalam badan embrio Hari ke-16 dan ke-17 Sisik kaki, kuku dan paruh semakin mengeras. Tubuh embrio sudah sepenuhnya tertutupi oleh bulu yang tumbuh. Putih telur sudah tidak ada lagi, dan kuning telur meningkat fungsinya sebagai bahan makanan yang sangat penting bagi embrio. Selain itu, paruh sudah mengarah ke rongga kantung udara, selaput cairan mulai berkurang, dan embrio mulai melakukan persiapan untuk bernapas Hari ke-18 dan ke-19 Pertumbuhan embrio sudah mendekati sempurna. Kuning telur mulai masuk ke dalam rongga perut melalui saluran tali pusat. Embrio sudah semakin besar sehingga sudah memenuhi seluruh rongga telur kecuali rongga kantung udara. Makanya ketika peneropongan telur dilakukan akan terlihat gelap sepenuhnya kecuali kantung udara. Hari ke-20 Kuning telur sudah masuk sepenuhnya ke dalam tubuh embrio. Embrio yang hampir menjadi anak ayam ini menembus selaput cairan, dan mulai bernapas menggunakan udara di kantung udara. Saluran pernapasan mulai berfungsi dan bekerja sempurna. Ketika waktu peneropongan kita dapatkan kantung udara yang juga gelap maka dapat dipastikan bahwa embrio tersebut telah mati. Hari ke-21 Anak ayam menembus lapisan kulit telur (pipping) dan pada akhirnya menetas Seluruh kegiatan di atas (candling)dapat kita lakukan dengan bantuan alat peneropong telur . Prinsip kerja alat ini adalah memanfaatkan pantulah cahaya dari lampu untuk mengetahui isi telur.(www.sentralternak.com.)